3 Alasan Rusia Bersekutu dengan China di Bidang Ekonomi

JAKARTA – Rusia dan China memperluas hubungan militer, ekonomi, dan diplomatik. Padahal, kedua negara baru saja merayakan 75 tahun hubungan diplomatik pada tahun 2024.

Kedua negara bertetangga ini telah memperkuat hubungan selama dekade terakhir, namun beberapa ahli mempertanyakan kedalaman kemitraan strategis mereka, dengan alasan bahwa keselarasan negara-negara tersebut lebih disebabkan oleh persaingan mereka dengan Amerika Serikat (AS) daripada kedekatan alamiah mereka.

Karena Rusia dan Tiongkok bukanlah sekutu formal, ini berarti mereka tidak berkomitmen untuk saling membela dan mendukung. Jadi apa yang membuat Rusia ingin bersekutu dengan Tiongkok?

Kenyataannya, hubungan ekonomi antara Rusia dan Tiongkok bukanlah hal baru, melainkan sudah terjalin sejak awal tahun 2000-an. Alasannya sendiri adalah karena banyaknya keuntungan yang ditawarkan Tiongkok.

3 Alasan Rusia Ingin Bersekutu dengan Tiongkok di Bidang Ekonomi 1. Tiongkok memiliki sektor teknologi maju yang semakin berkembang

Awalnya Tiongkok hanya memasok barang-barang konsumen berbiaya rendah ke Rusia. Namun, seiring kemajuan teknologi industri Tiongkok pada tahun 2000-an, industri negara tersebut menjadi mitra pelengkap bagi banyak sektor perekonomian Rusia.

Menurut SWP yang berbasis di Berlin, dimulainya kerja sama ekonomi antara Tiongkok dan Rusia pada awalnya berjalan lambat karena skeptisisme mendalam Moskow terhadap Beijing. Namun, pembangunan pipa minyak besar pada akhir tahun 2000an membuat kedua negara mengembangkan hubungan ekonomi. Hubungan ini terus berkembang secara perlahan dan terus berkembang pesat sepanjang tahun 2010-an.

2. Rusia sering berselisih dengan Barat

Hubungan kedua negara ini semakin erat setelah Rusia mengalami perubahan signifikan dalam kebijakan luar negerinya, seiring dengan semakin tegangnya hubungan Moskow dengan negara-negara Barat di akhir tahun 2000-an.

Pasca aneksasi Krimea oleh Rusia dan perang rahasia di Donbass, tampaknya semakin sulit bagi Rusia untuk bekerja sama dengan negara-negara Barat. Konflik ini juga memperdalam kemitraan dengan Tiongkok.

Pada awal Februari 2022, tak lama sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina, muncul pernyataan bersama Rusia-Tiongkok yang menggambarkan hubungan bilateral sebagai “persahabatan tanpa batas.”

3. Tiongkok menjadi fasilitator perluasan industri militer Rusia

Ketika Rusia terkena sanksi Barat usai melakukan operasi militer di Ukraina, Moskow mulai kesulitan mendapatkan bahan baku militer. Namun, Moskow telah berhasil mengurangi sebagian dampak sanksi Barat dengan bantuan Tiongkok.

Meskipun Tiongkok belum mengirimkan senjata berat ke Rusia, ekspor barang, mesin, material, dan komponen yang dapat digunakan ganda memfasilitasi perluasan industri militer Rusia. Ekspor ke Rusia ini tidak hanya menimbulkan ancaman langsung terhadap Ukraina, namun juga meningkatkan potensi militer Rusia dalam jangka panjang.

Menanggapi pengiriman barang ke industri militer Rusia, UE untuk pertama kalinya memberikan sanksi kepada perusahaan Tiongkok atas perang di Ukraina pada Juni 2023.

Hal ini menunjukkan bahwa kerja sama ekonomi yang terlalu erat antara Rusia dan Tiongkok juga dapat meningkatkan ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *