3 Faktor Ekonomi Rusia Tetap Tangguh Meski Dihujani Sanksi Barat

JAKARTA – Ada beberapa alasan mengapa perekonomian Rusia tetap kuat meski mendapat sanksi dari negara Barat. Salah satunya berkaitan dengan strategi Moskow untuk membalas sekutu Timurnya.

Rusia telah berada di bawah sanksi Barat sejak kampanye militernya di Ukraina. Namun, upaya Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk memberikan tekanan ekonomi terhadap Moskow tampaknya sia-sia. Alih-alih jatuh, perekonomian Rusia justru berjalan baik dan tumbuh lebih baik dibandingkan AS dan banyak negara Eropa.

Misalnya, Kepala Departemen IMF Eropa, Alfred Kamer, memperkirakan perekonomian Rusia akan terus tumbuh pada tahun 2024. Menurutnya, Moskow telah menikmati kebangkitan konsumsi, pertumbuhan upah riil, dan pasar tenaga kerja yang kuat.

Lalu, mengapa perekonomian Rusia masih kuat meski dihantam sanksi Barat?

Meskipun ada sanksi dari Barat, fundamental ekonomi Rusia masih kuat1. Meskipun ada serangkaian sanksi Barat terhadap ekspor minyak, Rusia tetap menjadi salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Mereka mendapat keuntungan dari keputusan awal Arab Saudi untuk mengurangi ekspor minyak mentah.

Di satu sisi, Presiden AS Joe Biden telah merancang batasan harga untuk mengecualikan minyak Rusia dari pasar internasional. Namun, fakta yang tidak menyenangkan adalah Moskow telah belajar untuk melanggar pembatasan tersebut.

Misalnya, Rusia sedang membangun armada kapal tanker ‘bayangan’ untuk menghindari pembatasan harga minyak. Hal ini sejak awal penerapan sanksi terhadap invasi Ukraina.

Mengutip laman Carnegie Endowment, Rabu (8/5/2024), Kementerian Keuangan Rusia memperkirakan pendapatan minyak dan gas akan meningkat menjadi 11,5 triliun rubel ($124 miliar) pada tahun 2024. Angka tersebut lebih tinggi 30 persen dibandingkan tahun lalu.

2. Pindah ke Sekutu Timur Sebelum sanksi Barat dijatuhkan, Rusia bergerak ke timur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Presiden Vladimir Putin telah menemukan mitra bisnis dan investasi yang tampaknya tidak terpengaruh oleh ancaman sanksi.

Salah satu negara yang disebutkan di atas adalah Tiongkok. Menurut Euronews, Rusia terus memperkuat pasar keuangan dan energi untuk mitra di wilayah timur seperti Beijing.

Perdagangan antara Rusia dan Tiongkok telah meningkat secara signifikan sejak tahun lalu. Pada tahun 2023, setengah dari ekspor minyak Moskow akan disalurkan ke Beijing.

Selain China, ada juga India. Secara keseluruhan, perdagangan bilateral India-Rusia akan berlipat ganda antara Januari dan Oktober 2023.

3. Strategi pemerintah Rusia nampaknya sudah cukup berpengalaman ketika menghadapi situasi sulit dan terkena sanksi ekonomi Barat. Salah satu triknya adalah dengan menaikkan upah pekerja di negaranya.

Sekadar informasi, upah di Rusia meningkat secara signifikan dalam setahun terakhir. Hal ini berlaku bagi masyarakat berpendapatan rendah dan mereka yang menerima tambahan dana tunai sebesar 20% yang disuntikkan oleh pemerintah.

Ketika ditanya mengenai dampaknya, hal tersebut dirasa masih bisa mengimbangi dampak inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan. Kebijakan ini akan mendorong pemulihan sektor konsumen dan memberikan keyakinan masyarakat bahwa mereka punya uang untuk dibelanjakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *