57 Negara Mayoritas Muslim Bertemu di Gambia Namun Hanya bisa Mengecam Israel

BANJUL – Sebanyak 57 negara mayoritas Muslim menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-15 pada 4-5 Mei 2024 di Banjul, Gambia. Topik utama pertemuan ini tak lain adalah konflik yang semakin meluas di Timur Tengah.

Menurut Anadolu Ajans, ada tiga dokumen utama yang dibahas dalam pertemuan tersebut, yakni rancangan resolusi Palestina, rancangan Deklarasi Banjul, dan rancangan dokumen akhir.

Sayangnya, pertemuan negara-negara mayoritas Muslim ini hanya menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengkritik Israel dan mempercepat gencatan senjata tanpa memberikan bantuan nyata kepada Palestina secara langsung.

Pertemuan tersebut juga tidak menimbulkan kebencian yang besar terhadap Israel, seperti yang terjadi pada beberapa pertemuan puncak serupa di masa lalu.

Apa yang terjadi pada pertemuan negara-negara mayoritas Muslim? Menurut laporan media pemerintah Arab Saudi SPA, “Para pemimpin OKI menegaskan kembali komitmen kuat mereka terhadap prinsip-prinsip dan tujuan inti organisasi, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah negara-negara anggota, non-intervensi dalam urusan dalam negeri dan penyelesaian konflik secara damai. perselisihan, serta nilai-nilai luhur Islam.”

Namun pembahasan utama dalam pertemuan ini antara lain pernyataan di mana negara-negara tersebut menyatakan solidaritasnya terhadap masyarakat Jalur Gaza dan mengutuk serangan Israel yang telah menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa selama lebih dari enam bulan.

Para pemimpin OKI mendesak komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan guna mengakhiri kejahatan genosida pendudukan Israel di Jalur Gaza.

Para pemimpin pertemuan juga mengatakan mereka akan bekerja sama dengan Mahkamah Internasional dan melakukan segala kemungkinan untuk mempercepat kedatangan semua bantuan kemanusiaan dan menentang segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka.

Meski memakan banyak korban dan kerusakan di Gaza, pertemuan tersebut tidak menimbulkan kemarahan terhadap Israel, seperti yang terjadi pada beberapa pertemuan puncak serupa di masa lalu.

Pada tahun 2003, misalnya, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammed menggunakan pertemuan puncaknya untuk mengecam Israel dan mengklaim bahwa orang-orang Yahudi “memerintah dunia melalui perwakilan,” lapor FDD.

Pada saat itu dia berkata: “Kami sebenarnya sangat kuat, 1,3 miliar orang tidak dapat dimusnahkan. Orang-orang Eropa membunuh 6 juta orang Yahudi dari 12 juta orang. Namun saat ini orang-orang Yahudi menguasai dunia melalui proxy mereka. Mereka membuat orang lain berperang dan mati demi mereka.”

Saat ini OKI hanya menginginkan gencatan senjata di Gaza. Namun, Menteri Luar Negeri Iran menghadiri pertemuan di Gambia dan berusaha mendapatkan pengaruh melalui pertemuan dengan Arab Saudi, Mesir, dan Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut terlihat Iran ingin memanfaatkannya untuk mempengaruhi beberapa negara agar menentang Israel, karena ada kemungkinan Iran meyakini Arab Saudi atau Indonesia sedang mempertimbangkan untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *