Kisah krumlovwedding.com, PT Pos Indonesia (Persero) menjadi salah satu contoh terbaik keberhasilan transformasi yang dilakukan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari kondisi keuangan yang sulit, Pos Indonesia kini berubah menjadi PosIND dan berhasil mencatatkan laba bersih tertinggi perusahaan sebesar Rp 728 miliar pada tahun 2023. Jumlah ini meningkat 14% dibandingkan tahun lalu.
BUMN tertua di Indonesia ini memakai dan mencoba mendekati generasi muda. Transformasi besar-besaran Pos Indonesia sebenarnya didorong oleh Kementerian BUMN. Pada tahun 2020, di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Pos Indonesia justru ikut melaju dengan memasuki arus transformasi digital.
Memang, di saat industri terdampak pandemi Covid-19, Pos Indonesia menghadapi permasalahan yang cukup kompleks secara internal. Direktur Utama Pos Indonesia atau PosIND, Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan, ada tiga hal yang ia soroti sebagai faktor penyebab turunnya kinerja PosIND. Pertama, kinerja keuangan dimana perusahaan mengalami kelemahan keuangan.
Kedua, kinerja perusahaan karena kurang kompetitif khususnya di bidang jasa kurir dan logistik. Ia mengungkapkan, banyak konsumen yang tidak puas dengan layanan tersebut sehingga berdampak pada penurunan pangsa pasar.
Selain itu, Fazil mengungkapkan terdapat permasalahan pada sektor sumber daya manusia (SDM). PosIND juga mengalami permasalahan disiplin dimana pegawainya acuh tak acuh terhadap peraturan waktu kerja. Faizal juga fokus menerapkan transformasi bisnis di seluruh area PosIND, termasuk digitalisasi dan peningkatan layanan.
Upaya tersebut membuahkan hasil positif bagi PosIND, terutama dari segi profitabilitas. Laba usaha perseroan pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp 919,98 miliar. Jumlah tersebut meningkat jauh dibandingkan laba usaha yang diraih pada tahun 2019 yang hanya sebesar Rp 156,70 miliar atau melonjak 487 persen.
Kinerja positif tersebut ditopang oleh pendapatan usaha pada tahun 2023 yang mencapai Rp5,48 triliun atau tumbuh 18,63 persen (year on year). Pendapatan logistik mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai 342,46 persen (year-on-year) menjadi Rp 2,18 triliun. Jumlah tersebut cukup mengimbangi penurunan pendapatan sektor keuangan yang mengalami penurunan pendapatan sebesar 43,42 persen menjadi Rp 1,25 triliun. PosIND juga mencatat kinerja positif tersebut turut menyumbang pendapatan kurir yang meningkat 9,22 persen (year-on-year) menjadi Rp 1,46 triliun. Aset perseroan juga tercatat meningkat menjadi Rp 13,66 triliun. Jumlah tersebut meningkat 22,63 persen (year-on-year) menjadi Rp 11,14 triliun pada tahun 2022.
Transformasi Pos Indonesia ditandai dengan diperkenalkannya merek dan logo baru yang kemudian menjadi PosIND pada akhir tahun lalu. Nama Pos Indonesia merupakan singkatan dari Distribusi Nasional Terpadu. Peresmian logo dan branding baru ini merupakan penegasan nafas perubahan baru terhadap BUMN Logistik oleh Kementerian BUMN sesuai pedoman pemerintah.
PosIND memiliki semangat kerjasama, integrasi dan visi menciptakan kesesuaian logistik sebagai tulang punggung perekonomian negara. Kehadiran PosIND diyakini akan mendorong perubahan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi sektor logistik di Indonesia.
Kelahiran PosIND merupakan sebuah langkah transformatif dan awal babak baru dalam sejarah panjang industri pos di Indonesia. Tak sekadar penyedia layanan, PosIND mempunyai semangat baru untuk mempercepat perkembangan logistik di Indonesia.
Pembukaan PosIND dilaksanakan di PosCo Bandung, Jawa Barat. PosCo dan Pos Blok merupakan varian PosIND yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Tak hanya terkait perkembangan yang terjadi saat ini, kehadiran Pos Blok juga merupakan langkah nyata dalam mendukung pengembangan MSMV. Kementerian BUMN mengamanatkan agar UMKM menjadi bagian dari pembangunan perekonomian nasional dan menjamin pemberdayaan UMKM secara berkelanjutan.
Langkah-Langkah Transisi Pasca-Indonesia
Direktur Jenderal PosIND Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan perubahan dan inovasi menjadi kunci menjawab tantangan industri logistik di Indonesia. Menurut Faizal, setidaknya diperlukan enam faktor untuk mewujudkan proses transformasi, yaitu kemampuan beradaptasi, kepemimpinan biaya (pengurangan biaya), kepuasan pelanggan, daya saing, kepuasan karyawan, dan produktivitas.
“Jadi saya mengukur perubahan dan inovasi dengan enam faktor kunci keberhasilan yang harus ditingkatkan setiap bulannya,” kata Faisal beberapa waktu lalu.
Faizal menjelaskan, faktor kustomisasi diukur dari seberapa besar masyarakat menyukai layanan PosIND sehingga meningkatkan volume layanan. Dari segi pengurangan biaya dapat dilihat seberapa besar perubahan yang dilakukan dapat menurunkan biaya tetap.
Dalam kepuasan pelanggan, parameter yang digunakan adalah seberapa puas pelanggan dalam menikmati layanan PosIND.
Sebagai perbandingan, setelah produk diupgrade, pangsa pasar meningkat, pelayanan meningkat, volume penjualan meningkat, kata Faizal.
Selain itu, faktor kepuasan kerja juga menjadi prioritas dalam perubahan. Faizal mengatakan pegawai yang mampu memberikan pelayanan dengan baik akan membuat pelanggan merasa puas. Kepuasan pelanggan juga diukur dengan Net Promoter Score Index. Dari segi produktivitas, Faizal memastikan perusahaan dapat beroperasi secara efisien.
Untuk tahun ini, Faizal memilih target keuntungan hanya 300 miliar. Rp. Jumlah ini sebenarnya lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Penyebab laba perseroan tidak sebaik tahun lalu karena semakin banyak program bisnis yang membutuhkan investasi.
Faisal mengatakan perseroan akan banyak berinvestasi di bidang teknologi informasi (TI) dan robotika. Investasi ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam menerapkan perubahan teknologi.
“Jika kita tidak berinvestasi, kita tidak akan berkelanjutan dalam jangka panjang.” Oleh karena itu kita memerlukan investasi yang besar agar dapat berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujarnya.