Impor Beras dan Gula Naik Terus, Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand Tekor Terus

krumlovwedding.com, BANGKOK — Neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kelangkaan ini diduga disebabkan oleh impor beras dan produk gula yang berlebihan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia dengan Thailand mengalami defisit sebesar US$ 2,05 miliar pada tahun 2021, dan meningkat menjadi US$ 2,79 miliar pada tahun 2022. Kemudian pada tahun 2023, angka defisitnya mencapai angka US$ 2,79 miliar. 3,03 miliar dolar AS. .

Angka impor Indonesia dari Thailand lebih banyak dibandingkan angka ekspor Indonesia ke Thailand. Oleh karena itu, selalu terjadi kekurangan setiap tahunnya. Menurut catatan BPS, defisit perdagangan Indonesia dengan Thailand sudah meningkat lebih dari sepuluh tahun lalu.

Menanggapi masalah defisit neraca perdagangan, Amerika Serikat mengatakan kepada Pemerintah Thailand dan Unescap Rachmat Budiman, mengirimkan bahan baku. Hal ini menyebabkan defisit perdagangan yang tidak dapat dihindari.

“Sebenarnya perdagangan kita kurang bagus karena sebagian besar konsumen dan importir kita adalah konsumen,” ujarnya saat acara Media Trip di KBRI Thailand di Bangkok, Thailand, Rabu (16/10/) 2024).

Rachmat mengidentifikasi dua jenis komoditas yang menyebabkan kelangkaan tersebut, yakni beras dan gula pasir. Kedua faktor tersebut ‘membebani’ menurunnya posisi perdagangan Indonesia dengan negeri gajah putih tersebut.

“Yang diimpor ke sini (Thailand) paling banyak beras dan gula, banyak sekali. Dengan ini saja penting sekali,” ujarnya.

BPS memperkirakan impor beras Indonesia dari luar negeri pada periode Januari-Agustus 2024 mencapai 3,05 juta ton. Impor terbesar berasal dari Thailand sebesar 1,13 juta ton. Pada Januari-Agustus 2024, impor beras diperkirakan meningkat sebesar 121,34 persen.

Terkait impor gula, informasi BPS menunjukkan jumlah impor gula Indonesia dari berbagai negara pada tahun 2023 mencapai 5 juta ton. Yang terbesar datang dari Thailand dengan angka 2,3 juta ton. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *