IMF: Transisi ke Kendaraan Listrik Pangkas Lapangan Kerja

krumlovwedding.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan peralihan global ke kendaraan listrik (EV) akan berdampak “luas” terhadap investasi, produksi, perdagangan internasional, dan lapangan kerja.

Analisis tersebut dimasukkan dalam World Economic Outlook terbaru IMF, ketika para pembuat kebijakan berkumpul pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia minggu ini untuk meningkatkan pertumbuhan global, mengatasi masalah utang dan membiayai transisi energi ramah lingkungan.

“Peningkatan adopsi kendaraan listrik merupakan transformasi mendasar dalam industri otomotif global. Ini akan berdampak luas,” kata IMF, Selasa (22/10/2024).

Pergerakan menuju kendaraan listrik telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir dan dipandang sebagai cara utama untuk membantu negara-negara mencapai tujuan iklim.

“Pada tahun 2022, Amerika Serikat akan menyumbang 36% emisi gas rumah kaca, 21% dari Uni Eropa, dan 8% dari Tiongkok,” kata IMF.

Meningkatnya adopsi kendaraan listrik didukung oleh tujuan UE untuk mengurangi emisi mobil sebesar 50% dari tingkat tahun 2021 untuk periode 2030-2035, sementara pemerintah AS telah menawarkan subsidi untuk kendaraan listrik dan stasiun pengisian daya.

IMF mencatat bahwa industri otomotif global menonjol karena upah yang tinggi, keuntungan yang besar, pasar ekspor yang besar dan tingkat penggunaan teknologi yang tinggi.

Percepatan menuju kendaraan listrik akan mengubah skenario ini, terutama jika Tiongkok mempertahankan kepemimpinannya dalam produksi dan ekspor dibandingkan pesaing AS dan Eropa. Berdasarkan skenario penetrasi pasar kendaraan listrik yang realistis, PDB Eropa akan turun sekitar 0,3% dalam jangka menengah.

“Dalam skenario ini, lapangan kerja di sektor otomotif akan menurun dan tenaga kerja akan secara bertahap direalokasi ke sektor yang tidak terlalu padat modal (dengan nilai tambah per pekerja yang lebih rendah),” kata IMF.

Baik AS maupun UE telah mengenakan tarif pada kendaraan listrik buatan Tiongkok untuk melawan apa yang mereka sebut sebagai subsidi tidak adil yang diberikan Beijing kepada produsen Tiongkok.

Bulan lalu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden memberlakukan tarif impor 100 persen pada kendaraan listrik Tiongkok, sementara awal bulan ini negara-negara anggota UE mengurangi tarif impor kendaraan listrik buatan Tiongkok menjadi 45 persen.

Sejauh ini, produsen kendaraan listrik Tiongkok telah memberi harga kendaraan mereka lebih rendah dibandingkan pesaing mereka, karena kendaraan listrik saat ini lebih mahal dibandingkan alternatif berbahan bakar bensin dan permintaan kendaraan listrik telah melemah secara global.

Pemerintah Perancis mengatakan awal bulan ini bahwa mereka akan memotong dukungan bagi pembeli kendaraan listrik, bergabung dengan Jerman yang mengakhiri skema subsidinya pada akhir tahun lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *