Yenny Wahid Ungkap tak Sedikit Kasus Atlet Jadi Korban Investasi Bodong Hingga Judol 

Republik Jakarta – Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Yenny Wahid mengungkapkan banyak pemanjat tebing yang terjerat investasi bodong dan perjudian online (judol). Ketika memikirkan kasus-kasus ini, ia percaya bahwa penting untuk memberikan pengetahuan finansial kepada para atlet sehingga mereka dapat menangani uang yang mereka peroleh dari berbagai kompetisi secara efektif. 

“Literasi keuangan di kalangan pemanjat tebing di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Mereka masih bisa menjadi korban investasi bodong, ada yang mengambil pinjaman (pinjaman online), ada pula yang mengambil judol. “Kami tidak membunyikan bel untuk literasi keuangan,” kata Yenny yang saya temui setelahnya. mengikuti Sekolah Pasar Modal. Acara pembukaan perdagangan “Bangsa” antara PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan Heritage Amana International dan FPTI digelar pada Selasa (29 Oktober 2024) di Gedung BEI Jakarta. 

Yenny mengaku mendapat beberapa laporan anekdotal mengenai para pemanjat tebing yang menjadi korban investasi abal-abal, pinjol, dan judol. Kerugiannya bisa mencapai ratusan juta rupiah. 

“Mungkin hanya dua atau tiga orang, itu saja yang saya tahu. (Uang mereknya) sekitar ratusan juta. Makanya saya bilang ini uang hasil jerih payah. untuk mendapatkan pelatihan pendidikan keuangan,” jelasnya. 

Yenny berharap dengan adanya kegiatan literasi keuangan ini dapat membantu para pendaki gunung dalam mengelola uangnya dengan lebih bijak. Selain itu, waktu Anda untuk sukses sebagai atlet terbatas. 

Berbeda dengan profesi lain yang membutuhkan waktu sangat lama, tidak semua atlet memiliki literasi keuangan yang baik, padahal waktu produksinya sangat singkat. kerja kerasnya sambil membuahkan hasil,” jelasnya. 

Dalam pelatihan ini, para pemain diperkenalkan dengan produk keuangan berupa saham-saham yang diperdagangkan di BEI. Yenni mengucapkan terima kasih atas pelatihan yang telah memberikan sudut pandang baru kepada para pemain dan diharapkan mereka mau memanfaatkan berbagai alat keuangan yang tersedia bagi mereka. 

“Tujuannya adalah kita ingin lebih banyak atlet, mungkin sekitar 100 atlet, yang membuka rekening setidaknya di awal. Hal ini akan mendorong jumlah investor meningkat, pertukaran keuangan akan tumbuh, dan perekonomian akan terus berlanjut.” 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *