Atraksi Wisata Air Baru di Labuan Bajo, Menyusuri Hutan Mangrove dengan Kayak

LABUAN BAJO – Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur terkenal dengan pantainya yang menakjubkan dan destinasi yang mendunia. Selain itu Labuan Bajo juga mempunyai objek wisata olahraga air dengan menggunakan kayak, perahu yang menggunakan dayung.

Wisata kayak di Labuan Bajo menawarkan wisata mangrove dengan jarak tempuh 30 menit dan durasi 1 jam. Destinasi wisata ini juga menawarkan keindahan alam yang sangat berbeda dengan objek wisata lain yang terdapat di Labuan Bajo.

Hal inilah yang melatarbelakangi Balai Besar Labuan Bajo Flores (BPOLBF) memberikan berbagai bantuan untuk pengembangan objek wisata di 11 Wilayah Koordinasi Floratama. Salah satunya melalui pengembangan wisata mangrove di Dusun Rangko Desa Tanjung Boleng yang diharapkan dapat memperkuat brand desa yang saat ini sedang mengembangkan wisata kayak.

Pengembangan objek wisata ini juga didukung kerja sama berbagai pihak, seperti Kementerian Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Manggarai Barat dan World Wide Fund for Nature (WWF).

Menjelajahi indahnya hutan bakau di tengah sinar matahari membuat tempat ini layak untuk dikunjungi. Dukungan BPOLBF terhadap pengembangan objek wisata yang dikelola Pokdarwis Desa Tanjung Boleng, Dusun Rangko, antara lain berupa pemberian 2 unit kayak serta 2 unit dayung dan 2 buah jaket pelampung pada Rabu (12/6/2024).

Dukungan terhadap peningkatan kapasitas Pokdarwis juga dilakukan dengan menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu, masih banyak lagi pedoman umum lainnya yang perlu dipahami oleh pemandu wisata, terutama dari segi keselamatan, guna mengurangi risiko kecelakaan selama atraksi.

Plt. Menurut Direktur Jenderal BPOLBF Frans Teguh, BPOLBF berupaya menggalakkan dan mempercepat penyiapan lokasi wisata untuk operasional kunjungan wisatawan namun tetap memperhatikan keselamatan dan kenyamanan wisatawan.

“Hal ini merupakan wujud semangat BPOLBF dan pihak-pihak yang terkait dengan mitra. Kami hadir untuk menggalakkan dan mempercepat penyiapan lokasi wisata agar dapat menunjang operasional kunjungan wisatawan yang ingin merasakan pengalaman berbeda,” ujarnya. rilis diterima pada Sabtu (15/6/2024).

“Ini menjadi awal bagi kami untuk menggalakkan pengembangan wisata mangrove. “Yang terpenting, pengelola destinasi wisata harus sangat memperhatikan keselamatan dengan menyiapkan SOP khusus guna memberikan peningkatan keselamatan dan keamanan paket perjalanan. pariwisata,” lanjutnya.

Senada dengan situasi tersebut, Tenaga Profesional Khusus Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan Manggarai Barat, Ovan Adu, mengatakan penggunaan kayak harus memperhatikan SOP, terutama demi keselamatan masyarakat yang berkunjung atau berwisata.

Ovan juga meminta masyarakat khususnya Pokdarwi setempat untuk selalu menjaga alam bakau di Dusun Rangko agar terbebas dari sampah plastik. Salah satu caranya adalah dengan mendorong wisatawan untuk membawa botol air minum saat berkayak dan tidak meninggalkan sampah plastik setelah berkayak.

“Mudah-mudahan SOP tetap memandu penggunaan atau penggunaan kayak ini, karena harus menciptakan tempat yang aman bagi wisatawan. “Salah satunya adalah tidak terus memperhatikan kondisi cuaca atau kondisi cuaca, serta aliran air. “Inilah yang dikatakan Ovan.

“Kami juga berharap kegiatan kayak di hutan mangga Dusun Rangko ini dapat memberikan perubahan baru bagi wisatawan untuk berkunjung ke Labuan Bajo dan menjadi salah satu cara untuk menambah durasi wisata di Labuan Bajo,” ujarnya.

Kali ini, Kepala Desa Tanjung Boleng, Saharudin juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada berbagai kalangan yang telah melihat potensi wisata mangrove di Dusun Rangko, sehingga bisa dikembangkan.

“Kami berterima kasih kepada BPOLBF, Dinas Pariwisata Manggarai Barat, dan WWF yang telah bergabung bersama kami dalam pengembangan mangrove di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng,” kata Saharudin.

Khususnya

“Banyak hal yang menjadi perhatian kami dalam pengembangan tempat wisata mangrove ini yang perlahan diikuti dan kami berharap dapat memanfaatkan 2 fasilitas BPOLBF tersebut dengan baik,” ujarnya.

Dalam pengembangannya, Pokdarwis Dusun Rangko Desa Tanjung Boleng juga bekerja sama dengan WWF, sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional yang menangani masalah konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan.

Dalam program WWF di masyarakat Tanjung Boleng, WWF telah melakukan berbagai pendampingan dan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus melestarikan mangrove sehingga generasi penerus dapat merasakan manfaatnya. Pengajaran merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan mangrove serta meningkatkan kontribusi masyarakat dalam konservasi.

Menurut Mangrove Tourism Officer WWF, Elisabeth Klara, para Pokdarwi di Dusun Rangko mengetahui bahwa potensi mangrove tidak boleh dirusak, sehingga WWF selalu membantu dalam melakukan kerja-kerja mangrove untuk konservasi mangrove di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng.

“Kalau WWF sendiri prioritasnya menjaga kelestarian mangrove, para Pokdarwi juga tahu bahwa mereka tidak boleh merusak atau menghilangkan potensi mangrove tersebut,” ujarnya.

Kami berharap pengembangan model mangrove ini kedepannya dapat menjadi daya tarik baru bagi wisatawan dan menjadi perekonomian baru yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Jarak Dusun Rangko dengan Kota Labuan Bajo yang hanya 1 jam perjalanan darat memudahkan wisatawan dalam berkendara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *