Bandara Internasional Indonesia Dipangkas, dari 34 Jadi 17

JAKARTA – Belakangan ini marak pemberitaan mengenai pengurangan bandara internasional di Indonesia yang dilakukan Kementerian Perhubungan. Sebelumnya terdapat 17 bandara internasional dari 34 bandara.

Hal ini tercermin dalam Keputusan Menteri Nomor 31 Tahun 2024 (KM 31/2004) tanggal 2 April 2024 tentang Penunjukan Bandar Udara Internasional.

Rencana ini disambut baik oleh beberapa pihak. Tak terkecuali Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Menurut Nia Niskaya, Kepala Pakar Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Adyatama, keputusan tersebut tentu mendapat banyak perhatian.

Salah satunya karena dari 34 bandara tersebut, 17 bandara internasional terpilih merupakan bandara tersibuk.

Dua di antaranya adalah Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

“Kemenhub mencatat statistik dan di antara bandara-bandara yang dibuka secara berkala, bandara tersibuk adalah Bali dan Jakarta,” kata Nia dalam acara Weekly Brief Bersama Sandi Uno (WBSU), Pariwisata Kementerian. dan Kantor Ekonomi Kreatif, Jakarta, Senin (29/4/2024).

“Tentu saja dengan banyak pemikiran tentunya. Tidak mungkin kebijakan sebesar itu bisa dijalankan tanpa berpikir panjang. Oleh karena itu, dari sudut pandang statistik, dari sudut pandang data, hanya dua ini yang paling dioptimalkan. Sebagian besar ya, katanya lagi.

Nia menjelaskan, keputusan tersebut mencerminkan banyak negara yang tidak membuka penerbangan bagi wisatawan asing sehingga statusnya bukan bandara internasional.

“Alasan mereka menutup yang lain karena belum semua negara membuka pelabuhannya, atau belum banyak, jadi menurut saya patut dipertimbangkan dengan matang,” ujarnya.

Menurut Nia, hal itu juga dievaluasi berdasarkan pengendalian sederhana. Kendati demikian, ia berharap berkurangnya bandara internasional di Indonesia tidak mempengaruhi konektivitas dan kinerja di masing-masing bandara.

“Saya kira akan lebih mudah mengontrol ketersediaan jika hanya 1 atau 2 bandara yang dibuka di negara lain,” jelasnya.

“Tapi kalau koneksinya mudah, pilihannya banyak, waktu tunggunya tidak terlalu lama, mudah-mudahan tidak ada dampaknya,” imbuhnya.

Selain itu, Nia juga berharap keputusan tersebut dapat memperlancar pergerakan wisatawan domestik, namun tetap menarik wisatawan mancanegara.

“Saya berharap hal ini dapat menjaga prospek kita mendatangkan wisatawan asing dan memperlancar pergerakan wisatawan lokal. “Karena perjalanan darat mendominasi wisatawan mancanegara ya, bahkan di Pulau Jawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *