krumlovwedding.com, JAKARTA – Di tengah ketidakpastian perekonomian dan deflasi yang muncul dalam beberapa bulan terakhir, sebanyak 51% masyarakat kelas menengah meyakini daya belinya tidak menurun, sedangkan 49% masyarakat berpendapat bahwa daya belinya tidak menurun. daya beli tidak menurun. Daya beli turun secara signifikan
Riset baru dari Inventure 2024 mengungkap dampak signifikan perjudian online terhadap kelas menengah Indonesia. Survei mengungkapkan bahwa 14% responden dalam kelompok ini pernah berpartisipasi dalam aktivitas perjudian online.
Dari jumlah tersebut, 69% terpaksa mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk melunasi utang yang timbul melalui pinjaman online (Pinjol). Pengeluaran dengan pengurangan utang terbesar mencakup rokok (28%), makanan (29%) dan biaya resor (24%).
“Data ini menunjukkan bahwa dampak finansial dari perjudian online tidak hanya berdampak pada situasi keuangan individu. Namun juga memaksa kelas menengah untuk mengurangi kebutuhan dasar rumah tangga dan waktu luang,” kata mitra Inventure Yuswohadi pada konferensi pers Indonesia 2025 Industry Outlook. Bergabunglah secara online pada Selasa (22/10/2024)
Studi tersebut juga menyoroti kemudahan perjudian online melalui smartphone dan platform digital. Ditambah dengan peningkatan pinjaman online, hal ini dapat membahayakan stabilitas keuangan keluarga kelas menengah.
Terjebak dalam siklus utang akibat pinjam meminjam memaksa kelas menengah melakukan perubahan signifikan dalam pengelolaan keuangannya. Hal ini juga mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
Selain itu, penelitian Inventure terhadap 450 responden mengungkapkan bahwa kelas menengah menghadapi penurunan daya beli. Dilihat dari angka 49%, mereka tampaknya terbagi dalam dua kategori: kelas menengah wannabe dan kelas menengah
Sebanyak 67% responden aspirasi kelas menengah menyatakan daya belinya menurun. Bandingkan dengan kelas menengah yang hanya 47 persen. Artinya, kelas menengah ingin disamakan dengan kelas menengah, yaitu kelompok (kelas menengah bawah) yang paling berisiko kehilangan daya beli.
Hal ini menunjukkan bahwa kelas menengah aspirasional lebih merasakan tekanan ekonomi saat ini dibandingkan kelas menengah. Tiga faktor utama yang berkontribusi terhadap penurunan daya beli adalah: kenaikan harga kebutuhan pokok (85%), kenaikan biaya pendidikan dan kesehatan (52%), dan stagnasi pendapatan (45%).