JAKARTA – Teddy Corbusier akhirnya merasakan tantangan film horor. Bukan sebagai aktor, melainkan sebagai produser Malam Benaput Nyava karya Siddhartha Tata.
Teddy Corbusier menjadi produser setelah melihat cerita unik yang dihadirkan dalam Malam Benaput Ziva.
“Ini film horor pertama yang aku buat. Aku suka nonton film horor, tapi kalau di Indonesia nggak ada cerita orang berkelahi satu sama lain. Jadi, kalau ada cerita tentang “manusia yang berkelahi dengan setan, itu benar-benar sebuah cerita.” sedikit. Makanya saya masuk,” ujarnya, Senin (13/5/2024) di kawasan Kuningen.
Deddy Corbuzier ingin memastikan bahwa film yang digarapnya tidak hanya memiliki jumpscare untuk menakut-nakuti penontonnya, melainkan kekuatan dari sang tokoh utama yang disebut-sebut memiliki daya juang yang besar untuk melawan makhluk halus.
Menurut Teddy, konsep tersebut unik dan memiliki inovasi yang tidak ditonjolkan di banyak film horor yang banyak beredar di bioskop Tanah Air.
Sementara itu, di tengah gencarnya film horor, Teddy memahami pentingnya mencari perbedaan dan keunikan dalam film-film yang dirilisnya.
“Apa bedanya film horor bisa sukses? Kalau ada ide, menarik kalau ketemu, ngobrol, adu manusia, adu manusia. Jadi ide awal ini bagus,” ucapnya.
Deddy Corbuzier menyadari sulitnya membuat film yang benar-benar membutuhkan penggunaan CGI, khususnya pada Malam Penabut Jiwa yang mana efek CGI dipadukan dengan set lokasi yang dikonstruksi.
Teddy Corbusier memahami bahwa kegagalan menggunakan CGI akan merusak keseluruhan film, sehingga ini menjadi tantangan baginya.
“Kamu bikin dreamscape karena harus nyata, tapi itu mimpi. Kombinasi set dan CGI, kalau jelek, keseluruhan filmnya jelek. Makanya dreamscapenya harus bagus. Makanya produksinya lama sekali.” panjang. “Kalau kita berinvestasi, kita akan mendapat masukan yang berguna untuk filmnya. Kita lihat saja produknya seperti apa, untuk detailnya,” kata Teddy.
