Diplomasi China di Balkan: Antara Realisme Geopolitik dan Konstruktivisme Normatif

Harryanto Aryodiguno, Ph.D

Dosen Hubungan Internasional di Presidential University

Dari sudut pandang praktis, kunjungan ini merupakan bagian dari strategi Tiongkok untuk memperluas pengaruhnya di kawasan. Realisme menekankan bahwa negara-negara bertindak berdasarkan kepentingan nasional, dan dalam hal ini, Tiongkok bertindak untuk memperkuat hubungan dengan Serbia sebagai bagian dari upayanya untuk melindungi posisi strategisnya di wilayah tersebut. Konfirmasi dukungan Xi terhadap Serbia juga dipandang sebagai respons terhadap persaingan geopolitik antara negara-negara besar, khususnya Barat.

Di sisi lain, strukturalisme menekankan peran identitas, norma, dan emosi dalam hubungan internasional. Selama kunjungan tersebut, Xi Jinping berupaya membangun persepsi mengenai Tiongkok sebagai pemain yang berkomitmen terhadap stabilitas dan integritas negara, sekaligus menolak campur tangan asing dalam urusan dalam negeri suatu negara. Tiongkok berupaya mempengaruhi norma-norma internasional dan opini publik terhadap intervensi asing dengan mengingat para korban pemboman kedutaan besar Tiongkok 25 tahun lalu dan menegaskan penolakannya terhadap insiden serupa di masa depan.

Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang mengunjungi Serbia untuk memperingati 25 tahun pemboman NATO terhadap kedutaan Tiongkok di Yugoslavia, menekankan komitmen Tiongkok untuk mendukung Serbia dalam melindungi kedaulatan dan integritas wilayahnya. Dalam pertemuannya dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, Xi memuji sikap tegas Serbia dalam menghadapi tantangan tersebut. Kunjungan tersebut juga menjadi pendorong memperdalam hubungan bilateral kedua negara.

Dalam pidatonya di bandara, Xi menekankan hubungan politik yang kuat antara Tiongkok dan Serbia serta hasil positif kerja sama melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan. Ia berharap dapat berdiskusi lebih lanjut dengan Vucic mengenai isu-isu yang menjadi perhatian bersama kedua negara.

Pada pertemuan tersebut, kedua pemimpin menandatangani Deklarasi Bersama untuk memperkuat kemitraan strategis komprehensif dan membangun masa depan bersama. Tiongkok berkomitmen untuk membangun komunitas masa depan bersama dengan Serbia melalui sejumlah inisiatif, termasuk perjanjian perdagangan bebas yang akan berlaku pada Juli 2024 dan peningkatan impor produk pertanian dari Serbia.

Selain itu, Xi juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menolak campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Serbia, terutama setelah pemboman kedutaan Tiongkok 25 tahun lalu. Melalui artikel yang dimuat di surat kabar Serbia, Xi menegaskan bahwa Tiongkok tidak akan membiarkan tragedi serupa terulang kembali dan akan terus mendukung Serbia dalam menjaga kedaulatan dan integritas wilayahnya.

Dengan mengunjungi lokasi kedutaan yang dibom dan memberikan penghormatan militer di lokasi tersebut, Xi juga mengirimkan pesan yang kuat kepada Barat bahwa Tiongkok menentang separatisme dan intervensi negara asing ke dalam urusan dalam negeri suatu negara. Langkah ini sejalan dengan prinsip diplomasi Henry Kissinger yang menekankan pentingnya stabilitas dan integritas nasional dalam hubungan internasional.

Dalam situasi itu, pengeboman tersebut juga dilontarkan sebagai peringatan kepada negara-negara Barat, khususnya terkait situasi di Selat Taiwan. Xi menekankan bahwa Tiongkok tidak akan membiarkan sejarah tragis ini terulang kembali dan akan terus memperjuangkan kedaulatan dan integritas wilayahnya. Oleh karena itu, kunjungan tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk mempererat hubungan Tiongkok dan Serbia, tetapi juga sebagai peringatan bagi pihak-pihak yang dapat mengganggu stabilitas kawasan.

Oleh karena itu, kunjungan Xi Jinping ke Serbia dan penekanannya pada kedaulatan dan penolakan terhadap intervensi asing dapat dipahami sebagai upaya kompleks yang melibatkan faktor politik praktis serta upaya membentuk norma dan persepsi internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *