Dorong Hilirisasi Mineral, ANTAM Kebut Penyelesaian Proyek Strategis

JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM sedang mempercepat penyelesaian proyek pengembangan hilir besar. Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya pemerintah mendukung rencana pemulihan ekonomi dalam negeri.

“Secara strategis, ANTAM akan mengembangkan industri melalui hilirisasi pertambangan untuk meningkatkan nilai tambah yang dihasilkan,” kata Manajer Pengembangan Bisnis ANTAM, Man Deva Virantaya dalam keterangan resmi.

Proyek hilir, termasuk proyek kolaborasi Inalum dan Antam, antara lain Melt Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah, proyek pembangunan pabrik Feronikel Haltim, dan penyelesaian serangkaian perjanjian kerja sama proyek baterai EV.

Proyek Mempawa Kalimantan Barat Tahap 1 milik SGAR ditargetkan selesai tahun ini dan akan beroperasi penuh pada awal tahun 2025.

Sebelumnya, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke SGAR Mempawah pada Maret tahun lalu, ia menegaskan proyek tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasalnya, hingga saat ini separuh kebutuhan aluminium dipenuhi dari impor.

Menurut Diva, kilang PT Asada Tahap 1 Indonesia, Asahan Aluminium, akan menyerap 3,3 juta ton bijih bauksit dan memproduksi setidaknya 1 juta ton aluminium per tahun.

Ia menambahkan, nantinya proyek tersebut akan mendukung rantai industri produk bakteri di Indonesia.

Sementara itu, pada proyek Pabrik Feronikel Haltim (P3FH), ANTAM telah melakukan proses penyadapan logam perdana di Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) yang dijadwalkan berlangsung pada 12 September 2023.

Proses stamping logam perdana ini merupakan yang ketiga dari rangkaian startup di pabrik Heltim Feronicel, dan merupakan kelanjutan dari tahap start up Electric Melting Furnace (ESF) yang telah berlangsung pada 19 Juli 2023.

Pabrik Heltime Fernical yang terletak di sebelah timur Kholmahera, Maluku Utara, akan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 13.500 ton nikel dalam nikel (TNi).

Nantinya, setelah beroperasi penuh, pabrik Heltim Furunicle akan mendukung produksi enzim dari kilang Kolaka di Sulawesi Tenggara sebesar 27.000 TNi/tahun sehingga memungkinkan instalasi ANTAM sebesar 40.500 TNi/tahun.

Di sisi lain, kata Diva, Antam juga akan selalu mencari peluang pengembangan komoditas nikel untuk meningkatkan daya saing komersial seiring dengan koreksi harga ferrol.

Proyek Baterai EV Dalam proyek baterai EV, serangkaian perjanjian kerja sama telah diselesaikan antara Ningbo Modern Brunp Lygend. Ltd. (CBL) merupakan model pengembangan bisnis ANTAM dengan mentransfer bijih nikel terintegrasi dari hulu ke hilir.

Perjanjian ini akan menjadi landasan penting bagi pengembangan ekosistem baterai EV di Indonesia.

Pada akhir Desember 2023, ANTAM melalui anak perusahaannya HongKong CBL Limited (HKCBL) berhasil menyelesaikan serangkaian transaksi terkait hilirisasi pertambangan nikel terintegrasi dengan CBL di Indonesia.

Dia menjelaskan, keikutsertaan ANTAM dalam proyek tersebut juga merupakan salah satu cara untuk memperluas bisnis perseroan melalui hilirisasi produk pertambangan nikel.

Di sisi lain, untuk mendukung tujuan ANTAM mencapai net zero emisi pada tahun 2060 yang dicanangkan pemerintah, “ANTAM terus berupaya menjaga keberlanjutan di seluruh lini bisnis perusahaan selain pengembangan usaha. Mendukung praktik-praktik ESG yang baik di Indonesia.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *