Emilia Tjongkono Bongkar Rahasia Sukses Bisnis Dekorasi Bunga dan Event Design

Membuka bisnis merangkai bunga dan event designer bisa menjadi pilihan menarik bagi Anda yang memiliki bakat seni dan ingin berkreasi. Namun seperti bisnis lainnya, industri ini juga menghadapi beberapa tantangan.

Tren dekorasi dan desain acara selalu berubah, sehingga para pengusaha di bidang ini harus mengikuti perkembangan terkini dan mampu beradaptasi dengan cepat. Jika tidak, mereka akan tertinggal dari pesaing dan kehilangan klien.

Bahkan pengusaha di bidang ini harus mampu bekerja dengan berbagai jenis klien dengan kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda. Membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan kemampuan untuk memahami kebutuhan klien.

Meskipun ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, menjadi dekorator bunga dan perancang acara bisa menjadi pekerjaan yang sangat bermanfaat dan memuaskan. Dengan kerja keras, dedikasi dan kreativitas, wirausahawan dapat membangun bisnis yang sukses di industri ini.

Salah satunya adalah Emilia Zoncono yang memulai bisnis ini dari nol. Di awal tahun 2015, setelah memutuskan untuk tinggal di Bali, Emilia awalnya belum berencana terjun ke dunia dekorator dan visual agency. Berawal dari hobi dan kecintaannya pada dekorasi visual, Emilia mulai belajar merangkai bunga sendiri dan menawarkan jasanya kepada teman-temannya.

Karena mendapat respon yang baik, Emilia akhirnya memutuskan untuk membuat bisnis bernama DesignMill Co. yang melayani acara-acara kecil seperti ulang tahun, bridal shower, dan pernikahan. “Sejak awal saya menawarkan jasa yang berbeda dari dekorator lainnya, karena saya memadukan dekorasi dengan latar belakang komunikasi visual. Designmill Co. juga menawarkan jasa desain kerajinan/pernak pernik termasuk undangan, menu, nomor meja, dll. Bedanya di waktu itu. Itu karena kami menawarkan layanan end-to-end,” katanya.

Emilia menghadirkan segalanya dengan ketulusan dalam hal kreativitas, ide, dan pembangunan serta senang melihat klien bahagia. Bagi Emilia, bangunan tersebut tidak hanya bersifat fisik tetapi merupakan pengalaman bagi pengunjung yang menikmati dekorasinya.

“Meskipun pekerjaan mendekorasi ini sangat menantang bagi saya sebagai seorang wanita secara fisik dan eksternal, namun dedikasi dan tujuan untuk melihat klien saya puas dan mampu menciptakan sesuatu yang indah tetap menjadi passion saya sebagai seorang wanita.”

Emilia juga mengatakan bahwa bisnis tidak selalu tentang passion. Passion akan hilang ketika Anda lelah, ketika fisik Anda lemah, apalagi jika situasi di sekitar tidak memungkinkan Anda untuk berpikir kreatif sebaik mungkin. Di usia 34, pasti ada saatnya. Saya menjadi lelah dan sibuk dengan pekerjaan hingga kurang tidur. “Kami tidak mengurus suami dan dua anak saya di rumah,” ujarnya.

Terpuruk akibat wabah penyakit yang memaksa banyak acara pernikahan di Bali dibatalkan, wanita jebolan Australia dan Harvard Business dengan gelar sarjana komunikasi visual ini tak putus asa. Emilia melakukan terobosan dengan membantu industri dalam negeri bertahan. “Tetapi disitu saya juga menciptakan peluang untuk menciptakan brand “Spark Up” yang bisa membantu industri rumahan di masa pandemi dan tetap membiayai tim Designmill Co. Bisnisnya juga bisa tetap berjalan,” ujarnya.

Berkat kegigihannya, Emilia kini kerap menjadi tuan rumah event nasional dan internasional di Bali. Emilia de Mulia juga mengadakan workshop di Bali yang dihadiri peserta dari negara Asia Tenggara lainnya, menjadi vendor dekorasi acara internasional G20 dan menjadi salah satu dekorator pertama yang mempromosikan pernikahan berkelanjutan.

Menurutnya, yang utama adalah mempersiapkan segala sesuatunya dan mendengarkan kebutuhan pelanggan. Saya belajar hal terburuk bahwa apa yang saya lakukan tidak boleh ditentukan oleh nafsu. “Ini adalah pilihan dan tujuan hidup saya,” kata Emilia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *