Gawat! Indeks Kebahagiaan Warga Cimahi Rendah, Ini Penyebabnya

CIMAHI – Menjadi bagian dari Bandung Raya memang tidak banyak mengubah Kota Cimahi. Kondisi ini bahkan berdampak pada indeks kebahagiaan warganya.

Bahkan, indeks kebahagiaan warga Bandung tercatat cukup tinggi, bahkan masuk dalam kategori sangat bahagia, dengan hadirnya berbagai infrastruktur yang menunjang aktivitas warga, mulai dari hadirnya taman bermain hingga tempat hiburan.

Namun Kota Cimahi masih mengalami kondisi sebaliknya. Puluhan tahun berlalu, hingga kini indeks kebahagiaan warga Cimahi masih tergolong rendah. Padahal, Kota Cimahi cukup mempunyai potensi untuk hidup bahagia bagi warganya.

Situasi ini membuat Adhitia Yudisthira khawatir dan memutuskan untuk menjadikan Cimahi sebagai kota masa depan yang jauh lebih baik. Ia ingin mewujudkan tekadnya dengan maju pada pemilihan Wali Kota Cimahi (Pilwalkot) pada November 2024.

Adhitia yang juga mantan Sekretaris Swasta (Sespri) Wali Kota Bandung periode 2011 hingga 2013 ini kembali ke kampung halaman setelah keliling dunia membangun BUMD di kawasan timur Indonesia.

Diakuinya, sekembalinya rasa takut muncul ketika melihat kampung halamannya belum menunjukkan perubahan yang berarti, ia terinspirasi untuk membangun kota berjuluk Kota Militer itu menjadi lebih baik lagi.

“Saat Pilpres 2024, ketika saya pulang ke rumah, saya melihat dinamika di Cimahi tenang, padahal pilkada tinggal beberapa bulan lagi. Akhirnya saya sedikit terharu melihat Cimahi masih tenang seperti itu 23 tahun kemudian,” kata Ahitia, Senin (22/4/2024).

Adhitia menilai Kota Cimahi saat ini kekurangan pemuda dan figur penghubung sehingga indeks kebahagiaan warga Kota Cimahi masih kurang.

“Jadi Cimahi sepertinya masih kekurangan sosok dan sentuhan generasi muda dalam pembangunan daerah. Saya selidiki lebih detail, apa yang kurang di Cimahi, sepertinya indeks kebahagiaannya masih hilang,” jelasnya.

Selain itu, Adhitia juga mengamini bahwa masyarakat Kota Cimahi saat ini minim hiburan dan juga kurangnya kontak dari pemerintah untuk mendongkrak moral warganya. Padahal, di Cimahi banyak sekali potensi yang bisa dimanfaatkan bersama generasi muda lainnya.

Dari ketakutan tersebut, ditambah dengan dorongan dari keluarganya, Adhitia mulai percaya diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat kota Cimahi dan mencalonkan diri sebagai calon Pilwalkot Cimahi 2024.

“Saya buat bukber, ada yang mewakili RW, tokoh masyarakat, karang taruna, Karang Taruna, LSM, Ormas, dan ternyata saya sangat ingin mengapresiasi ada tokoh-tokoh baru yang mau mencalonkan diri di Pilkada,” ujarnya.

Tak disangka, setelah ia tampil mencalonkan diri sebagai Wali Kota Cimahi, respon yang ia terima begitu baik hingga akhirnya ia bertemu dengan forum relawan.

Selain itu, Adhitia juga disebut-sebut telah menjalin komunikasi dengan Partai Golkar.

“Setelah itu kami mulai menyebarkan sarana dan prasarana untuk memperkenalkan diri, bersosialisasi melalui media dan jejaring sosial. Baligo juga ternyata sangat ramah, ada yang mulai melihat kami, banyak yang telpon, jadi pada akhirnya kami menemukan forum relawan,” katanya.

Karena keseriusannya dalam meningkatkan indeks kebahagiaan warga Cimahi, Adhitia pun mengusung slogan “Cimahi Hepi”.

“Karena berasal dari agitasi, akhirnya saya keluarkan semboyan ‘Cimahi Makin Hepi’, ini Hepi, H hijau, E mendidik, P profesional, I inklusif,” ujarnya.

Selain meningkatkan indeks kebahagiaan warga Cimahi, Adhitia juga berkomitmen menjaga sinergi antara Pemkot Cimahi dan TNI.

“Jadi saya berharap ini tidak hanya meningkatkan indeks kebahagiaan warga Cimahi, tapi juga menjaga sinergi antara pemerintah kota dan institusi TNI,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *