krumlovwedding.com, JAKARTA — Shesa (17) ingin pulang. Namun di tengah perjalanan, ia melihat indikator mobilnya berkedip-kedip. Ia pun memutuskan untuk singgah sejenak di Stasiun Pelayanan Umum Satu Harga (SPBU) di wilayahnya.
Petugas SPBU 1 H Kalobo R4 Erfan Effendi segera melayani Shesa dan menuangkan satu liter bahan bakar Pertalite ke sepeda motor Honda Beat milik siswa SMA tersebut. Shasa menyerahkan 10.000 rubel dan melanjutkan perjalanannya.
Tak jauh dari lokasi, Morniati (50) sedang melayani pelanggan di toko kelontong miliknya. Sementara itu, suaminya Anwar Potter Batubara (56) sedang berkutat dengan kelapa muda yang dipesannya dari seorang pelanggan.
Hampir empat tahun telah berlalu sejak dibukanya SPBU Satu Harga di Desa Sakabo, Kecamatan Salwati Tengah, Kabupaten Raja Ampat. SPBU ini merupakan satu-satunya SPBU yang ada di wilayah tersebut. Beroperasi sejak Oktober 2021, SPBU Satu Harga ini akan melayani masyarakat sepanjang kurang lebih 50 kilometer dari Pulau Kalobo hingga Batanta.
Kehadiran SPBU ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat. Hal ini karena masyarakat tidak perlu pergi jauh ke luar negeri untuk mendapatkan harga gas seperti di wilayah lain.
“Ini sangat membantu kita karena harga BBM akan lebih murah,” kata Shesa saat bertemu Republik di Raja Ampat, Jumat (13/9/2024).
Sebelum hadirnya SPBU Satu Harga, ia membeli bahan bakar di toko eceran atau toko serba ada. Dia mengenakan biaya 12-15 ribu rubel per liter.
Selama ini bahan bakar di kawasan Raja Ampat dipasok melalui pengecer mandiri dari Surong. Mereka membeli bahan bakar dari pangkalan dan membawanya ke wilayah mereka. Hal ini memaksa konsumen untuk membayar lebih.
Dengan adanya SPBU satu harga, warga pada akhirnya akan merasakan biaya BBM dari Sabang hingga Marauke.
Shesa berkata, Saya berharap di sini semakin banyak SPBU yang memudahkan konsumen dalam menggunakan bahan bakar.
Zainuddin Majid, pengelola BBM Kalobo Satu Harga mengatakan, SPBU “Satu Harga” memberikan pelayanan kepada konsumen di berbagai kalangan, mulai dari pekerja, petani hingga nelayan.
SPBU ini menerima pertalite sebanyak 85 kiloliter per bulan. Sedangkan kuota biodiesel sebanyak 39 kiloliter. Ia berkata di kesempatan lain: “Semua ini akan disediakan oleh Surong.”
Menurut dia, kuota yang dipatok Pertamina masih mencukupi kebutuhan daerah. SPBU One Price Calobo menjual rata-rata tiga hingga empat ton bahan bakar per hari.
Paket bahan bakar satu harga
Program BBM harga tunggal diluncurkan pada tahun 2017 untuk memastikan masyarakat di daerah 3T atau daerah tertinggal, perbatasan dan terpencil bisa mendapatkan manfaat BBM preferensi dengan harga yang sama dengan masyarakat di daerah lain. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada akhir tahun 2023, terdapat 512 lembaga penyalur BBM “satu harga”.
Lembaga-lembaga ini berlokasi di beberapa pulau terpencil di Indonesia. Wilayah Papua dan Maluku mempunyai sarana distribusi terbanyak dengan 175 sarana distribusi, disusul Kepulauan Kalimantan dengan 108 sarana distribusi, dan Kepulauan Nusa Tenggara dengan 94 sarana distribusi.
Regional Director Comm, Rail and CSR Pertamina Patra Niaga Papua Maluku Edi Mangun mengatakan, di Provinsi Papua Barat Daya, harga BBM disalurkan di 36 titik, yakni 17 titik di wilayah Maibarat, 7 titik di wilayah Raja Ampat, 6 titik di wilayah Selatan. Kecamatan Surong, dan 6 titik di Kabupaten Tambrauw.
Dikatakannya, “Pelayanan BBM satu harga di sini (Salawati) sangat luas hingga titik transfer.
Dampak ekonomi
Keberadaan SPBU “satu harga” tidak hanya berdampak pada konsumen, tetapi juga perekonomian seluruh wilayah. Selain mempercepat pergerakan orang dan barang, SPBU harga tunggal juga meningkatkan perekonomian masyarakat.
Anwar juga merasakannya. Van Price, seorang pemilik toko kelontong dan real estate di Kota Kalobo, mengaku omzetnya meningkat pesat sejak SPBU mulai beroperasi.
Anwar mengatakan: “Ketika saya mendengar tentang pembangunan pompa bensin, saya langsung membangun toko. Ngomong-ngomong, kami punya sebidang tanah di sebelah pompa bensin.
Pria asal Porsia, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, mengaku membangun toko tersebut tak lama setelah SPBU Satu Harga dibangun. Dari warung sederhana, Anwar kini memiliki penginapan bagi pendatang dan wisatawan.
Hanya sedikit orang yang berhenti di tempat itu setelah mengisi bahan bakar. Banyak juga wisatawan yang menyewa kamar sambil menjelajah Papua.
Pria yang pindah ke Papua pada tahun 1986 ini mengatakan: “Memiliki SPBU sangat bermanfaat tidak hanya bagi kami sebagai pembeli bahan bakar, tetapi juga bagi perekonomian lokal.