Harga Minyak Mereda Usai Iran Meremehkan Serangan Balik Israel

JAKARTA – Harga minyak dan emas global kembali anjlok setelah pejabat Iran menampik laporan serangan Israel. Harga satu barel minyak Brent, patokan internasional, turun setelah sempat naik di atas $90 per barel menyusul laporan kemungkinan serangan Israel.

Menurut BBC, harga emas mendekati rekor tertingginya, yakni kurang dari 2.400 dolar per ounce. Ada kekhawatiran bahwa memburuknya konflik di Timur Tengah dapat memutus pasokan minyak.

Investor mengamati dengan cermat tanggapan Israel terhadap serangan pesawat tak berawak dan rudal Iran selama akhir pekan. Harga minyak awalnya naik tajam hingga 3,5%.

Namun harga minyak Brent turun menjadi $87 per barel setelah media pemerintah Iran mengatakan “tidak ada kerusakan” di provinsi Isfahan tempat ledakan dilaporkan.

Ada kekhawatiran bahwa kenaikan harga minyak yang tajam dan berkelanjutan dapat menyebabkan inflasi. Negara-negara sangat bergantung pada komoditas ini, yang digunakan untuk memproduksi bahan bakar seperti bensin dan solar.

Harga bahan bakar dan listrik telah menjadi faktor utama di balik kenaikan biaya hidup di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.

Manajer dana investasi M&G Randeep Sommel mengatakan kepada program BBC Today.

Brent saat ini berada jauh di bawah level tertinggi sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Saat itu, sejumlah negara besar menjatuhkan sanksi terhadap negara penghasil minyak tersebut.

Beberapa minggu kemudian, harga minyak mencapai level $125 per barel. Selain itu, serangan Rusia saat itu juga berdampak pada harga emas karena ketidakpastian karena dianggap sebagai investasi yang aman.

Sementara itu, meningkatnya ketegangan di Timur Tengah telah menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah pengiriman antara Oman dan Iran melalui Selat Hormuz akan terpengaruh. Ini adalah jalur pelayaran penting karena mengangkut sekitar 20% dari total cadangan minyak dunia.

Negara-negara penghasil minyak OPEC, Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak mengirimkan sebagian besar ekspor minyaknya melalui Selat Hormuz. Menurut laporan Administrasi Informasi Energi AS, Iran adalah produsen minyak terbesar ketujuh di dunia dan anggota OPEC terbesar ketiga.

Vandana Hari, pakar pasar energi di Vanda Insights, mengatakan kenaikan awal harga minyak adalah “reaksi tajam terhadap kekhawatiran akan perang baru antara Israel dan Iran”.

“Yang disoroti oleh peristiwa baru-baru ini adalah tingginya tingkat ketidakstabilan dan ketidakstabilan di Timur Tengah,” ujarnya.

Pasar saham beragam karena investor bereaksi terhadap kejadian baru-baru ini. Dow Jones Industrial Average naik sekitar 0,5% di sesi sore, sedangkan S&P 500 turun 0,5% dan Nasdaq turun 1,3%.

Di Inggris, indeks saham FTSE 100 ditutup menguat 0,2% dan FTSE 250 ditutup menguat 0,3%. Sedangkan untuk Asia, Nikkei 225 Jepang turun 2,7% dan Hang Seng Hong Kong turun 0,9%.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *