Himpun 250.000 Anggota, Total Omzet Toko SRC Tembus Rp236 T

JAKARTA – Jaringan toko kelontong Indonesia Sampoerna Retail Community (SRC) telah berperan aktif dalam menjaga keberlangsungan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) selama 16 tahun. Lebih dari 250.000 toko kelontong kini menjadi anggota ekosistem SRC berkat pendampingan dan pelatihan toko kelontong. Jumlah tersebut telah meningkat secara signifikan sejak didirikan pada tahun 2008, ketika hanya 57 toko kelontong yang bergabung.

“Tidak hanya dalam hal keanggotaan, namun kami melihat ekosistem SRC bertransformasi dan memberikan dampak dengan memberdayakan dan membangun sumber daya manusia yang kuat dan stabil. Toko kelontong yang bergabung dengan SRC memiliki nilai tambah karena lebih fleksibel dan cepat beradaptasi dengan perubahan,” kata Direktur PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS) Romulus Sutanto dalam talkshow media, seperti dikutip Selasa (4/6/2024). ).

Berkembangnya gerai SRCIS SRC, lanjut Romulus, turut berkontribusi terhadap peningkatan daya saing yang dibuktikan dengan peningkatan omset sebesar 42% setelah bergabung. Selain itu, inovasi dan kreativitas juga terjadi ketika toko SRC berhasil mengembangkan usahanya setelah menjadi anggota. Sebanyak 77% toko SRC berhasil memperluas bisnisnya di luar penjualan produk digital, layanan pembayaran, agen, dan aplikasi.

Kajian Kompas Gramedia (KG Media) pada tahun 2023 menunjukkan kontribusi SRC terhadap perekonomian negara, dan total omzet seluruh toko SRC secara nasional pada tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp 236 triliun. Angka ini setara dengan 11,36% dari omset kotor ritel di negara tersebut. (perdagangan). produk (PDB). Besar dan eceran bukan mobil dan sepeda) senilai Rp 2.077,43 triliun.

Pengembangan UKM berbasis komunitas dan jaringan merupakan kekuatan inti SRC dan telah terbukti memberikan dampak bagi para anggotanya. Dampak SRC terhadap ekosistem meliputi, pertama, aspek kapasitas komersial, yang mengakibatkan peningkatan kapasitas komersial setelah pelatihan berkelanjutan dalam pengelolaan toko dan pengelolaan keuangan.

Kedua, aspek hubungan, anggota SRC menjadi lebih tanggap, tangguh dan mampu berbagi motivasi, pengetahuan dan pengalaman dengan pemilik toko kelontong lainnya. Ketiga, anggota SRC lebih percaya diri dan mampu melakukan perubahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

Fithra Faisal Hastiadi, Ekonom Senior dan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengatakan pendampingan dan pelatihan bagi UMKM penting karena UMKM merupakan pilar penting perekonomian Indonesia. Ia mengatakan 61 persen PDB perekonomian Indonesia mendukung kegiatan UKM. Oleh karena itu Fithra mengapresiasi SRCIS yang senantiasa hadir untuk mengembangkan dan mendampingi UKM.

“SRC sudah berdiri selama 16 tahun, artinya terus berjalan. Apa yang dilakukan SRC ini harusnya bisa menjadi teladan bagi pihak lain dalam pengembangan UMKM dan bahkan pemerintah bisa menerapkan ekosistem komunitas ini,” ujarnya.

Fithra juga mengapresiasi peran aktif SRC dalam pengembangan UKM, masyarakat sekitar, dan perekonomian. Menurutnya, SRC bisa menjadi contoh program pemberdayaan UMKM yang memberikan dampak positif.

“Kalau satu komunitas bisa berkontribusi sebesar itu, kalau pemerintah bisa membina komunitas lain pasti sangat bermanfaat. Tidak ada salahnya menjadikan SRC sebagai contoh bagi pengembangan komunitas UMKM lainnya,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *