krumlovwedding.com, JAKARTA – Badan Usaha Milik Negara (BUMN) food handling (ID Food) melalui anak usahanya PT Rajawali Nusindo memastikan distribusi produk pangan untuk mengatasi kekurangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 100 persen. selesai untuk bulan Oktober. Hal itu diungkapkan CEO Rajawali Nusindo Wahyu Sakti saat acara distribusi di Kupang, NTT, Jumat (4/10/2024).
“NTT telah menerima bantuan pangan berupa telur dan ayam dalam jumlah yang luar biasa pada tahun 2024 sebanyak 438.000 paket. Bantuan pangan ini akan disalurkan dalam dua tahap dan akan selesai pada minggu ini,” kata Wahyu dalam keterangannya di Jakarta. Jumat (4/10/2024).
Wahyu menjelaskan, sebanyak 438 ribu paket bantuan telah disalurkan kepada 73 ribu keluarga berisiko stunting (KRS) di wilayah NTT menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Wahyu mengatakan, penyaluran di NTT di semua tingkatan dilakukan di tujuh kota besar dan kecil, antara lain Atambua kuota 15.534 paket, Ende 17.766 paket, Komodo 43.128 paket, Kupang 48.438 paket, Maumere 26.265 paket 24, 23.265 paket, SOEap, dan 24 paket.
“Setiap paket berisi sepuluh butir telur ayam dan satu kilo daging ayam,” kata Wahyu.
Wahyu berharap kerja sama distribusi pangan dapat dilakukan sebagai sarana memberi makan kepada keluarga yang memiliki anak stunting dan ibu hamil. Hal ini dapat mengurangi risiko stunting di provinsi Indonesia bagian timur.
“Kami berharap layanan yang diberikan dapat efektif dan dapat segera dilaksanakan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil dan anak balita di wilayah NTT yang tergolong berisiko stunting,” lanjut Wahyu.
Wahyu mengatakan stunting di NTT merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat mendesak dan harus segera diatasi. Berdasarkan berbagai data, NTT merupakan salah satu provinsi dengan stunting terbanyak kedua di Indonesia setelah Provinsi Pegunungan Papua.
Wahyu mengatakan, prevalensi stunting di NTT pada tahun 2023 sebesar 37,9 persen. Hal ini menunjukkan 37 hingga 38 dari setiap 100 anak di NTT mengalami stunting.
Berdasarkan data aplikasi elektronik – Laporan dan Laporan Kesehatan Masyarakat hingga Februari 2024, prevalensi stunting di NTT sebesar 15,2 persen atau sebanyak 61.961 anak stunting, kata Wahyu.