Republik DNKI) untuk mendorong upaya pengembangan integrasi ekonomi dan digitalisasi sektor minyak nilam di Aceh. Melalui proyek Komitmen Dampak II yang didukung oleh Sekretariat Negara Swiss untuk Urusan Ekonomi (SECO), ILO mendorong pengembangan ekosistem baru dalam rantai nilai di sektor minyak nilam Aceh dan memperkuatnya dengan sistem perencanaan infrastruktur digital digital. (ERP).
ILO dalam pernyataannya menyatakan rencana tersebut sejalan dengan Strategi Keuangan Indonesia (SNKI) yang tertuang dalam Perpres 114 Tahun 2020. Chief Officer Pengawasan Perilaku Pasar, Edukasi Keuangan dan Perlindungan Konsumen (OJK Jasa Keuangan) Friederika Vidyasari Devi menjelaskan pentingnya perluasan akses keuangan di Aceh.
“Pentingnya industri minyak, khususnya nilam, mempunyai potensi besar bagi perkembangan perekonomian Aceh. Dengan meningkatkan sumber pendapatan, kami mendorong petani dan UKM lokal untuk menjangkau pasar baru dan meningkatkan taraf hidup mereka,” kata Regional Financial Access di Rabu (16/10/2024).
Pada acara tersebut, Project Manager Promise II Impact Jouhari Sitorus menjelaskan dampak program terhadap digitalisasi di sektor nilam. Ia mengatakan, teknologi digital melalui MyNilam dapat menciptakan transparansi, meningkatkan produktivitas, dan memperkuat rantai nilai.
“Program ini akan mendukung petani kecil dan membantu mengintegrasikan mereka ke dalam sistem yang efisien dan berkelanjutan, yang akan menghasilkan pendapatan berkelanjutan bagi petani dan pembeli nilam,” kata Jouhari.
Erdirio, Deputi Direktur Keuangan dan Keuangan Syariah Kementerian Perekonomian, mengatakan kerja sama yang baik antara berbagai pemangku kepentingan sangat penting untuk memastikan hasil transaksi keuangan yang diperlukan dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam SNKI. “Pada akhirnya, ini adalah tentang meningkatkan kehidupan masyarakat,” katanya
Syaiffulah dari Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala menekankan peran penelitian dan inovasi dalam mendukung pengembangan sektor tersebut. “Bekerja sama dengan lembaga penelitian memungkinkan kami meningkatkan inovasi dan memastikan UKM di sektor nilam memiliki posisi yang baik untuk bersaing di dalam negeri dan internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Ferianto dari Badan Pentingnya Indonesia (DAI) mengatakan minyak nilam merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang paling berharga, menyumbang lebih dari 70 persen produksi negara.
“Namun, untuk memanfaatkan peluang ini sepenuhnya, kita perlu mengatasi kendala keuangan dan memastikan bahwa petani memiliki akses terhadap pinjaman dan alat keuangan modern,” kata Ferianto.
Cut Huzaima, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh, menekankan bahwa pemerintah provinsi mempunyai peran penting dalam mendukung petani. Konferensi ini juga memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi tantangan-tantangan utama yang dihadapi sektor ini, termasuk terbatasnya akses terhadap pinjaman formal dan perlunya adopsi digital. Para peserta pertemuan membahas rencana manajemen untuk menangani masalah ini di tingkat regional dan nasional.
Hal ini bertujuan untuk mengembangkan sistem keuangan yang mendukung petani kecil dan meningkatkan daya tarik sektor ini bagi lembaga keuangan.
Dampak dari Janji Proyek ILO II yang kini telah memasuki tahap kedua bertujuan untuk memperkuat kapasitas penyedia jasa keuangan dan UKM di sektor industri Indonesia. Melalui transformasi digital dan peningkatan rantai nilai, program ini membantu menciptakan lingkungan yang tepat untuk pertumbuhan ekonomi yang terkait dengan hasil lapangan kerja yang lebih baik.