Imbas Gejolak Timur Tengah, Subsidi BBM Bisa Bikin Pusing Pemerintah Baru

Jakarta – Meningkatnya konflik di Timur Tengah pasca serangan Iran terhadap Israel diyakini turut mendongkrak harga minyak global. Hal ini tentunya akan berdampak pada perekonomian Indonesia, khususnya peningkatan inflasi.

Hal itu diungkapkan Profesor Marie Elka Pangestu dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis FEB UI, Senin (15/5/2017) dalam webinar bertajuk “Pembicaraan Menarik Dampak Konflik Iran-Israel terhadap Indonesia”. Ekonomi”. 2024). Marie mengatakan, sebelum Iran menyerang Israel, ketegangan di Timur Tengah menaikkan harga minyak karena ekspektasi pelaku pasar.

“Nah, setelah serangan itu, ada prediksi harga minyak akan naik dan inflasi akan naik. Mungkin Iran melakukan ini untuk mengacaukan stabilitas dunia, apalagi dengan pengaruh Amerika Serikat.” Hal ini karena ketika harga minyak naik, maka inflasi juga akan meningkat, yang “akan benar-benar menghancurkan perekonomian Amerika,” jelas Marie Elka dalam webinar tersebut.

Namun konflik Iran dan Israel akan menjadi tantangan besar bagi Indonesia, terutama bagi pemerintahan baru, lanjutnya. Sebab jika konflik semakin meluas, pemerintah akan semakin menghadapi ketidakpastian terkait kesulitan anggaran dan keuangan.

Dia menegaskan permasalahan subsidi bahan bakar minyak (BBM) semakin meningkat. Menurut dia, untuk mengelola defisit anggaran yang semakin besar, pengurangan subsidi dan pengaturan subsidi BBM penting dilakukan. Menurutnya, tantangan besar bagi presiden terpilih Indonesia untuk menjabat dalam enam bulan ke depan.

“Nah, ini pemerintahan baru, masih ada 6 bulan lagi, banyak hal bisa terjadi dalam 6 bulan ini. Tapi kalau ada pertumbuhan, pemerintahan baru yang datang Oktober nanti ketidakpastiannya tinggi dan harga minyaknya tinggi,” ujarnya. Jika harga minyak akan naik, mari kita berargumentasi bahwa subsidi bahan bakar mungkin perlu dikurangi. “Masalah lain yang muncul terkait harga minyak dan subsidi BBM,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut juga, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, mengakui harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Oil Price (ICP) kemungkinan akan mencapai Rp. 100 per barel setelah Iran menyerang Israel.

Tutuka mencontohkan, sebelum dimulainya konflik kedua negara di Timur Tengah, pada Februari 2024, harga minyak mentah naik sekitar 5 USD per barel setiap bulannya. “Jadi jika Iran terlibat konflik baru dengan Israel, maka biayanya tidak jauh dari $100 per barel,” katanya.

Namun, apakah dampak perang terhadap harga minyak akan berkelanjutan, Tutuka yakin, pemerintah masih menunggu tanggapan dari Israel dan Amerika Serikat yang belum memberikan tanggapan atas serangan tersebut.

“Tadi saya sudah bilang, saya setuju harga ICP naik sampai $100. Tapi apakah akan terus berlanjut atau kenaikan tajamnya akan berhenti? Saya tunggu reaksi konflik Israel dan Amerika, biar tetap,” ujarnya. .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *