Imbas Kasus Vina Cirebon, Jumlah Informasi Hoaks Meningkat 1.000 Persen

CIREBON – Kasus pembunuhan yang dialami Vina dan temannya Eki di Cirebon pada tahun 2016 kembali mengemuka. Sayangnya, kasus yang terekam dalam film ini rupanya ikut meningkatkan jumlah pemalsuan di Cirebon.

Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Kabupaten Cirebon Akhmad Rofahan mengatakan, jumlah kasus hoaks di Cirebon meningkat 1.000 persen pada bulan ini karena kasus Wina.

Rofahan mengatakan, biasanya hanya sekitar 1-3 kasus hoaks yang dilaporkan atau teridentifikasi di Cirebon setiap bulannya. Hoaks yang sumber informasinya berasal dari Cirebon biasanya hanya berkisar 1 hingga 3 kasus per bulan, kata Rofahan kepada wartawan, Selasa (21 Mei 2024).

Rofahan yang juga Pengurus Kabupaten Cirebon Sabre Hoaks mengatakan, hoaks lebih banyak mengandung unsur penipuan, seperti penyalahgunaan nomor telepon pejabat atau lowongan yang bersifat fiktif dan merugikan masyarakat.

“Dalam dua minggu terakhir, hoax di Cirebon banyak beredar yang bersumber dari kasus pidana,” ujarnya.

Rofahan mengatakan, hoax kasus pidana ini karena dalam waktu dekat ada tiga kasus besar yang menghebohkan masyarakat, yakni penemuan jenazah di Desa Tegalgubug Lor, penemuan jenazah di Panti Jompo Kedawung, dan Win. kasus pembunuhan.

Rofahan mengungkapkan, ketiga kasus tersebut berperan penting dalam maraknya informasi hoaks di Cirebon dalam dua pekan terakhir.

Ia mengatakan, terdapat hampir 40 misinformasi yang bermula dari peristiwa di Kabupaten Cirebon yang akhirnya menyebar ke tingkat lokal dan nasional.

“Dalam kasus penemuan jenazah di Tegal Gubuga, masyarakat banyak menyebarkan informasi liar yang alasannya karena hamil dan dibunuh. Namun ternyata salah,” kata Rofahan.

Informasi palsu paling banyak berasal dari kasus pembunuhan Win yang terjadi pada 2016. Menurut Rofahan, hal tersebut karena banyak pihak yang mengutarakan anggapannya di media sosial.

Sejumlah asumsi mematikan yang diposting dimakan mentah-mentah oleh netizen dan kemudian dibagikan kembali seolah-olah informasi tersebut adalah fakta.

Tak sedikit pula warganet yang memanfaatkan ilmu matchology untuk mencoba mengungkap persoalan tersebut. Akibatnya, banyak warga lain yang menjadi korban.

Misalnya, banyak akun atas nama Egi yang dipublikasikan oleh netizen dan dianggap sebagai pelaku DPO, kata Rofahan.

Hal ini harus segera diantisipasi, karena kesalahan penyajian rekening dapat berakibat fatal terutama bagi pemegang rekening. Jadi, cukup banyak, kata Rofahan, pemilik rekening itu sangat stres.

“Banyak yang harus mendapat pencerahan sekarang karena namanya dikaitkan dengan Kasua Vina,” kata Rofahan.

Untuk mencegah hoaks ini terulang kembali, Rofahan mengimbau masyarakat lebih cerdas dalam menyebarkan informasi.

Ia juga berpesan untuk tidak menyebutkan nama orang, nama akun atau apapun jika masih berupa anggapan yang belum tentu benar. “Karena jika merasa dirugikan bisa melaporkannya melalui UU ITE,” kata Rofahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *