Indonesia Era Prabowo Harus Bikin Desain Baru Geopolitik terkait Kebijakan Hankam

JAKARTA – Forum Aktivis Indonesia (FAN) menggelar diskusi publik mengenai Proyek Geopolitik Baru Indonesia dan Kekuatan Sumber Daya dalam Menghadapi Pertempuran Antar Kekuatan Super yang berlangsung di kawasan Tegal Parang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (01/1/2021). 06/2024). Hal ini berlaku untuk konflik yang dapat meningkat menjadi perang internasional, seperti perang antara Rusia dan Ukraina serta perang Israel dan Palestina.

Diskusi ini dihadiri oleh Akademisi UI Profesor Dr Hikmahanto Juwana, Anggota Komite Pertahanan DPR Dr Sukamta, Pengamat Militer dan Pertahanan Dr Connie Rahakundini Bakrie, Dekan Universitas Islam Internasional Islamabad, Pakistan dan Ketua FAN Jenderal Bursah Zarnubi, mantan Anggota DPR Profesor Nurhayati Ali Assegaf, serta moderator ilmuwan Unkris Jakarta Dr. Sidratahta Mukhtar.

Menurut Bursah Zarnubi, konflik lainnya adalah peningkatan ketegangan di Laut Cina Selatan, Tiongkok-Taiwan, dan Korea Utara-Korea Selatan.

“Indonesia era Jokowi dan era Presiden terpilih Prabowo perlu mengkaji dan mengantisipasi kemungkinan negara ini menjadi ajang persaingan sumber daya alam yang melimpah namun belum berkembang dengan baik dan bertumpu pada kedaulatan negara Indonesia. Kebijakan Indonesia fokus pada hilirisasi, industrialisasi saja tidak cukup untuk mewujudkan bahwa “Indonesia bergerak maju menjadi salah satu dari 10 besar kekuatan dunia di usia Indonesia yang ke-100,” kata Bursah.

“Dialog ini akan merekomendasikan gagasan dan pertimbangan yang berguna untuk mentransformasi geopolitik Indonesia secara umum, dan khususnya terkait dengan kebijakan pertahanan dan keamanan Indonesia di masa depan,” tambahnya.

Connie mengatakan tren modernisasi pertahanan dapat memicu perlombaan senjata sehingga meningkatkan ketegangan di kawasan, termasuk kawasan Asia-Pasifik, di mana terdapat pemain besar seperti Tiongkok dan Amerika.

“Untuk mengantisipasi geopolitik tersebut, negara-negara di kawasan dapat secara aktif mencari kerja sama alternatif, termasuk pengaturan minilateral. “Indonesia harus beralih dari strategi pertahanan reaktif pasif ke strategi pertahanan ofensif yang lebih dinamis yang mendukung visi poros maritim global yang dapat memenuhi kebutuhan komite pemilu,” katanya.

Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan harus segera duduk bersama untuk menyusun peta jalan kebijakan luar negeri dan pertahanan baru untuk mencapai tujuan mengantisipasi risiko ancaman persaingan langsung terhadap positioning dan proyeksi kekuatan di kawasan.

Sukamta menegaskan, kebijakan bebas aktif Indonesia harus mengarah pada visi kepentingan nasional yang jelas karena tidak ada kepentingan nasional yang jelas dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah).

“Negara-negara lain di kawasan ini telah beralih ke industri teknologi tinggi. Pada saat yang sama, kami terus fokus membangun infrastruktur jalan tol dan saat ini sedang mengembangkan IKN. Oke jika menyangkut pemerataan ekonomi, tapi hal ini harus dihindari jika didasarkan pada proyek karena anggaran akan habis karena kurangnya imajinasi,” kata anggota parlemen. Fraksi PKS di DPR ini.

Hikmahanto yang juga Guru Besar UI kemudian menyoroti geopolitik seputar perang dagang China-Amerika dan perang antara Rusia dan Ukraina serta Palestina dan Israel. “Amerika menceramahi dan mengajari kita tentang hak asasi manusia dan demokrasi, namun mereka sendiri menerapkan standar ganda sesuai dengan kepentingan mereka sendiri,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *