Karier Militer Idjon Djanbi, Mantan Sopir Ratu Wihelmina Pendiri Kopassus TNI AD

Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (COPAS) telah lama dikenal sebagai pasukan elit yang berperan penting dalam menjaga keamanan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Di balik kesuksesan Korps Baret Merah terletak pahlawan pengusul pembentukannya: Mohammad Ijon Janjabi. Laporan dari buku Coppasses for India oleh Ivan Sentosa dan EA Ntanegra.

Nama asli Yijeong adalah Roger Brandrecht “Rocks” Visser. Lahir 13 Mei 1914 di Boskoop, Belanda Selatan, Belanda. Putra seorang petani tulip sedang mengambil kursus pertanian di Liverpool, Inggris dan bercita-cita menjadi ahli agronomi.

Namun seiring pecahnya Perang Dunia II pada September 1939, Ijon tidak kembali ke Belanda dan memilih jalan lain. Pada bulan Mei 1940, Yi Jeong yang saat itu berusia 25 tahun dipanggil ke militer untuk mempertahankan tanah airnya setelah diinvasi oleh Jerman.

Ia bergabung dengan tentara Belanda saat berada di pengasingan di Inggris dan menjadi sopir Ratu Wilhelmina. Setelah mengundurkan diri dari komisi ini pada tahun 1941, Ijon bergabung dengan satuan tempur Angkatan Darat Belanda yang disebut Brigade Putri Irene.

Pada tanggal 22 Maret 1942, Ijon mendapat pelatihan pasukan khusus di Achnacarry, Skotlandia. Kemampuannya sebagai prajurit elit membuahkan prestasi, salah satunya sebagai co-pilot di Operation Market Garden, merebut jembatan strategis di utara Belanda hingga perbatasan Jerman.

Setelah Perang Dunia II, Ijon Jajanbi pindah ke Indonesia dan terlibat dalam pembentukan pasukan khusus yang dilatih untuk operasi khusus.

Keterlibatannya bermula ketika Kolonel Alex Kawilaran dan Letkol Salemet Riyadi bermimpi membentuk pasukan khusus Indonesia. Namun kurangnya talenta yang tepat menghambat upaya tersebut.

Kolonel Alex Cawilaran melihat potensi besar dalam diri Idehon dan memintanya membantu mempelopori pembentukan satuan pasukan khusus ini. Idehon menerima tawaran tersebut dan bergabung dengan TNI dengan pangkat mayor.

Ia kemudian melatih kader perwira dan bintara untuk membentuk kompi angkatan yang kemudian menjadi cikal bakal Kopassus. Ijon Jajanbi menjadi komandan pertama satuan ini, yang semula bernama Komando Wilayah III (Kesko III) di bawah Divisi Silivangi.

Nama unit ini telah mengalami beberapa kali perubahan seiring berjalannya waktu. Satuan ini berada di bawah Markas Besar Angkatan Darat dengan nama KKAD (Satuan Komando AD) dari KESCO III Divisi Siliwangi.

Pada bulan April 1956, KKAD diubah menjadi resimen yang diberi nama RPKAD (Resimen Pasukan Khusus Lintas Udara). Peralihan ini berlangsung hingga Februari 1971, ketika RPKAD berganti nama menjadi Copasanda (Komando Perang Perjanjian).

Akhirnya, 14 tahun kemudian, tepatnya pada 23 Mei, satuan tersebut resmi bernama Komando Pasukan Khusus (COPASUS). Meski Ijon Jajanbi telah resmi menjadi WNI, namun namanya tak luput dari sentimen negatif di kalangan masyarakat dan kalangan bawahannya.

Ia sering dicurigai sebagai mata-mata Belanda oleh orang-orang yang iri dengan posisinya. Klaim yang tidak berdasar ini menciptakan suasana yang tidak menguntungkan bagi Ijon di Copassus. Dia memutuskan mengundurkan diri pada tahun 1956 setelah ditawari posisi di luar pelatihan komando.

Setelah Ijon Jajanbi pensiun, penyakit usus buntu yang dideritanya semakin parah. Pada tanggal 1 April 1977, mantan tentara Belanda yang menjadi komandan pertama Kopassus ini meninggal dunia setelah sakit.

Meski hidupnya penuh kesulitan dan intrik, Ijon Jajambi akan selalu dikenang atas kontribusinya dalam pembentukan Kopassus yang menjadi kebanggaan Indonesia. Bahkan, ia menjadi legenda Baret Merah sejati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *