Keberatan Dituduh Korupsi Berjamaah, Puluhan Kades Bawa Mobil Siaga Desa ke Kejari Bojonegoro

Bozonegoro – Sejumlah kepala barangay mendatangi Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Bozonegoro pada Jumat (31/5/2024) dengan kendaraan siaga.

Kepala desa yang tergabung dalam Ikatan Kepala Desa (AKD) Bozonegoro menitipkan mobil siaga di kantor fiskal pada saat kedatangan atau kepulangan.

Meski puluhan kepala barangay dan kendaraan sudah siap tiba, namun hanya 5 orang perwakilan yang masuk dan diundang menemui Kepala Badan Intelijen dan Kepala Kriminal Khusus Kejaksaan di Bozonegoro.

Kepala Divisi Advokasi Hukum dan HAM AKD Bozonegoro, Anam Warsito mengatakan, kedatangan sekitar 30 mobil siaga desa ini dilakukan sebagai bentuk protes berdasarkan informasi yang beredar terkait penanganan kasus dugaan korupsi mobil siaga. Dikelola oleh Kejaksaan.

“AKD menentang isi informasi yang kini seolah-olah menunjukkan 384 kepala barangay di Bozonegoro adalah pencuri,” ujarnya usai melakukan audiensi di Kejaksaan Bozonegoro.

Punang Barangay, warga Wotan, Kecamatan Sumberrezo menambahkan, jika informasi berasal dari media massa, maka diolah oleh pengguna media sosial hingga dianggap gaduh.

“Kita dibenarkan menyaksikan korupsi yang terjadi di masyarakat. Kasihan istri dan anak kepala desa, ada yang diancam,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Kejaksaan Negeri Bozonegoro, Muzi Martopo mengatakan pihaknya tidak akan menyita kendaraan siaga di desa tersebut karena prinsipnya.

Keinginan menyerahkannya dilatarbelakangi oleh kondisi penanganan perkara, kami masih dalam tahap pemeriksaan saksi-saksi, ujarnya.

Kejaksaan juga menghimbau masyarakat untuk tetap berpegang pada asas praduga tak bersalah, dengan seluruh kepala barangay yang dipanggil tetap menjadi saksi. “Kami berharap para kepala daerah dapat membantu menyelesaikan kasus ini lebih lanjut,” katanya.

Kepala Kejaksaan Bozonegoro berpesan kepada pimpinan desa yang meyakini telah menerima uang kembali (cashback) atas pembelian kendaraan siaga di desa tersebut agar menyerahkan uang tersebut. “Tidak perlu menunggu peneliti menelepon, itu lebih baik lagi,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *