Kemendikbudristek Perkuat Pembelajaran Sastra di Kurikulum Merdeka

JAKARTA – Dalam pelaksanaan Proyek Khusus, karya sastra menjadi sumber pembelajaran. Buku hendaknya didorong penggunaannya untuk meningkatkan minat membaca, mengembangkan kecintaan, dan merangsang imajinasi serta berpikir kritis siswa.

Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Standar, Kurikulum, dan Penilaian Pendidikan Anindito Aditomo dalam diskusi Hari Buku Nasional 2024: Menulis adalah bagian dari kurikulum.

“Ini merupakan upaya untuk membangun kekuatan dan karakter siswa, tidak hanya bacaannya saja, tetapi juga pemikiran dan kecintaannya yang bermanfaat dalam melahirkan generasi dan hakikat Profil Siswa Pancasila serta meningkatkan opini guru dan siswa,” dia berkata. ungkapnya, dalam keterangan resmi, Selasa (21/5/2024).

Baca juga: Kisah Radit, Seorang Buta Peraih Penghargaan Merit dari Sastra Arab UI

Cerita dalam Proyek Kurikulum diluncurkan oleh Badan Standar Pendidikan, Kurikulum dan Pengkajian (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mulai tahun 2023 sebagai turunan dari Episode Merdeka Belajar ke-15: Kurikulum Merdeka dan Pengajaran Merdeka . Proyek

Proyek ini dilakukan dengan mempertemukan penulis, guru, dan pendidik yang tertarik menggunakan sastra untuk mengajar di sekolah. Pembelajaran di sekolah menghadapi cara baru dalam menggunakan teks dimana guru tidak memberikan pelajaran kepada siswa untuk membaca buku, namun dapat dimasukkan dalam area pembelajaran yang berbeda.

Sebagai kebijakan publikasi Merdeka Belajar ke-15, tema “Sastra ke dalam Kurikulum” diangkat berdasarkan tujuan Kurikulum Merdeka. Sesuai Undang-Undang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 12 Tahun 2024, tujuan Pendidikan Luar Biasa antara lain untuk meningkatkan keterampilan membaca dan budaya membaca.

Program Penulisan Lintas Kurikulum ini dirancang sebagai kesempatan untuk mengeksplorasi pengalaman membaca dan keterampilan membaca siswa. Guru dapat menggunakan daftar buku yang disusun Perpustakaan sebagai “menu” yang dapat dipilih dan ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 025/H/P/2024.

Banyak faktor yang menjadi pertimbangan guru dalam memilih buku pelajaran, seperti kebutuhan kelas, kemampuan siswa, topik yang dibahas, minat siswa, dan masih banyak lagi kesiapan guru dalam membawa buku yang dipilih. .

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan panduan penggunaan literatur yang direkomendasikan, yang mencakup uraian singkat keseluruhan buku dan ringkasan isi buku, panduan penggunaan buku, dan kaitannya dengan program tertentu. Informasi buku terbitan Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) dapat dilihat di http://buku.kemdikbud.go.id.

Panel diskusi menghadirkan narasumber pengelola literatur proyek Penulisan dalam Kurikulum, antara lain penulis Eka Kurniawan dan Abidah El Khaelieqy, serta guru Iin Indriyati.

Baca juga: Pekerjaan Apa Saja yang Bisa Dilakukan Lulusan Bahasa Inggris? Ini adalah versi utama Unair

Saat itu, penulis Eka Kurniawan membagikan dua manfaat membaca buku cerita untuk meningkatkan berpikir kritis anak, “Dengan membaca cerita dan sastra, anak belajar mengetahui dan memahami pemikiran orang lain, dan terkadang kita mendengar suara penulisnya yang tersembunyi dibalik pemikiran orang lain. gambar, anak-anak mulai melihat dunia dari sudut pandang orang lain.”

“Kedua, sastra memungkinkan kita melihat dunia kita sendiri. “Kalau ada yang seperti kita, kita bisa refleksi,” kata Eka.

Senada, Abidah El Khaelieqy juga menyampaikan bahwa membaca buku penting bagi siswa, terutama di sekolah dasar dan menengah, ketika karirnya mulai berkembang.

“Banyak orang mengatakan bahwa ada himpunan informasi tentang kehidupan. Melalui tulisan, kita dapat belajar tentang kehidupan dari segi psikologi, budaya, antropologi, dan aspek sosial masyarakat yang belum pernah dilihat atau dilihat sebelumnya di dunia. “ucapnya. dan berakhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *