Ketum PITI Temui Ali Mochtar Ngabalin Bahas Kasus Penistaan Agama Pendeta Gilbert

JAKARTA – Pendiri Persaudaraan Islam Indonesia (PITI) Ali Moshtar Ngabalin yang juga Ketua Umum Persatuan Masyarakat Moderasi Beragama Indonesia (PB PMBI) mewanti-wanti para pemuka agama untuk menepati janjinya.

Hal itu diungkapkan Ali Ngabalin saat menanggapi dugaan penistaan ​​agama yang dilakukan Pendeta Gilbert. Lumoi baru-baru ini diasinkan. “Setiap pemimpin agama berbicara. Mereka harus menepati janjinya. Jangan membuat mereka kesal,” ujarnya, Rabu (22 Mei 2024).

Kedepannya, kata Ali, apa yang terjadi pada Pendeta Gilbert harus menjadi contoh dan pelajaran. Agar kejadian yang sama tidak terulang, “Tentu saja harus bisa memberikan pelatihan. “Agama tidak boleh dihina,” katanya.

Menurut Ali, selain norma sosial, ada juga norma hukum yang mengatur tentang penodaan agama. “Dalam urusan agama, ada undang-undang yang melarang penghinaan terhadap agama. “UU Nomor 1 Tahun 1996 itu tidak hanya Islam saja, tapi mencakup umat Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu dan lain-lain,” ujarnya.

Untuk itu, Ali memuji langkah pimpinan PITI yang memilih melaporkan penistaan ​​​​agama tersebut ke aparat penegak hukum, namun Ali mengaku sebagai seorang muslim sudah memaafkannya, namun sudah ada proses hukum. Oleh karena itu, ia harus dihormati.

Sayangnya, gugatan tersebut sudah dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Ketua PITI Ipong Hembing Putra tidak senang dengan hal tersebut. “Dia melaporkannya secara hukum, dan saya menerimanya,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua PITI Jenderal Ipong Hembing Putra mengatakan pihaknya sengaja meminta saran dan bimbingan dari Ali Mokhtar Ngabalin dalam langkahnya melaporkan Pendeta Gilbert Lumoindong ke Polda Metro Jaya.

Ipong mengatakan, laporan tersebut disusun untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali di kemudian hari. Dan umat beragama bisa saling menghormati dan tidak saling menghargai.

“Kami berharap sebagai umat beragama kita bisa saling bertoleransi. Hidup berdampingan dengan damai, saling menghormati dan tidak saling merendahkan,” kata Ipong Hemping.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *