Kisah Adi, Wisudawan Terbaik Program Doktor UM dengan IPK 4

Malang – Novica Adi Wibowo berhasil menyelesaikan studi doktor Universitas Negeri Malang (UM) pada program doktor Pendidikan Geografi. Ia pun lulus dengan IPK 4,00.

Novika Adi Wibowo (28) merupakan warga asli Pati, Jawa Tengah. Ia juga mendapat hibah penelitian disertasi doktor dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, julukan Adi.

Addy berhasil lulus dengan IPK Laude secara keseluruhan sebesar 4,00 dalam waktu studi tercepat yaitu 2 tahun 3 minggu. Ia dinobatkan sebagai Wisudawan Berprestasi Program Doktor Pascasarjana UNM yang diumumkan pada Upacara Wisuda UNM ke-124.

Rektor UM Profesor Dr. Hariono menyampaikan apresiasinya saat membuka resmi sidang terbuka Senat, rektor menyerahkan langsung penghargaan dan cinderamata kepada Novika Adi Wibowo wisudawan terbaik.

Baca Juga: Kisah Aulia Ayub, Lulusan Program Spesialis UGM Termuda dan Tercepat dengan IPK Sempurna

Adi mengikuti wisuda bersama 1024 wisudawan dari program diploma, pertama, magister, dan doktor. Adi meraih 2 penghargaan sekaligus; Mereka merupakan lulusan terbaik di tingkat fakultas dan lulusan terbaik di tingkat universitas.

“Alhamdulillah, saya senang dan bersyukur telah berhasil menyelesaikan studi saya di Sekolah Pascasarjana UM. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Rektor UNM, Dekan dan rekan-rekan yang telah mendukung saya selama masa studi. Saya bisa sampai di titik ini,” ujarnya, dalam siaran pers, Minggu (12/5/2024).

Ia menceritakan kepada ketiga pembimbingnya, Prof. dr. Sumarmi, Dr. Sugeng Uthaya, Siamsul Bachri.

Baca Juga: Ukrida Sarjana dan Magister, 7 Mahasiswa Menjadi Wisudawan Terbaik

“Ketiganya luar biasa dalam mendampingi dan membimbing saya. Terima kasih Universitas Negeri Malang,” kata Adi pria kelahiran Pati, 14 November 1994 itu.

Semasa belajar dan menyelesaikan tesisnya, Adi berkolaborasi dalam penelitian dengan para pengajar seperti Prof. dr. Suarmi di bidang perlindungan lingkungan hidup.

Adi juga menuturkan, studi pascasarjana di UM sangat sulit karena banyak tantangan yang dihadapinya.

“Saya menyelesaikan studi saya di tingkat doktoral. “Saya harus berjuang menenangkan pikiran karena tidak ditemani orang tua tercinta,” kata Addi haru.

Ia mengaku kehilangan ibunya, Sri Vidathi, yang meninggal saat menempuh studi sarjana.

Belakangan, saat memulai studi kedokteran, ayahnya, mendiang Tri Wibowo Heru Sadewo, meninggal dunia. Kesuksesan tersebut pun ia titipkan kepada orang tuanya.

“Alhamdulillah, pembimbing saya telah mendampingi saya dengan luar biasa dalam memantau proses belajar saya sehingga saya selalu berada pada jalur yang benar,” ujarnya.

Merujuk pada perjuangan dan keberhasilannya sebagai seorang dokter, ia berpesan kepada para generasi muda untuk berjuang keras meraih impian mengenyam pendidikan tinggi dan yakin bahwa Tuhan akan selalu menyertai perjuangan jujur ​​tersebut.

“Apapun situasi yang kita hadapi, kami yakin Allah akan menyertai dan memberikan segala solusinya,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *