Kisah Airlangga, Pendiri Kahuripan Jadi Saksi Tamatnya Mataram Kuno dari Serangan Sriwijaya

Invasi Kerajaan Sriwijaya di Mataram Kuno mengakhiri sejarah Mataram. Saat itu Mataram sedang mengadakan pesta pernikahan putra raja dan Airlangga.

Airlangga yang menjadi pengantin berhasil lolos dari serangan maut tersebut. Alhasil, Airlangga menjadi penerus Isyana setelah Dharmawangsa Teguh menjadi penguasa terakhir Kerajaan Mataram lama.

Airlangga kemudian mengumpulkan kekuatan dan mendirikan Kerajaan Kahuripan yang awalnya berpusat di Wwatan Mas, sebuah daerah yang konon berada di dekat Maospati, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, di kaki Gunung Lawu.

Namun saat itu Wwatan Mas juga diserang oleh putri Raja Panuda dan prajuritnya hingga hancur. Airlangga memindahkan kantor pusat pemerintahan dari Wwatan Mas ke Kahuripan.

Hal ini diambil dari buku “13 Raja Paling Berpengaruh dalam Sejarah Kerajaan Jawa”.

Waktu berdirinya Kerajaan Kahuripan yang awalnya menguasai wilayah Sidoarjo dan Pasuruhan adalah tiga tahun setelah peristiwa Mahapralaya tahun 1007 M versi pertama, namun ada pula yang mengatakan bahwa tahun 1016 Mlah versi kedua.

Sementara itu, pendapat versi kedua tentang peristiwa Mahapralay lebih dapat diandalkan dibandingkan versi pertama. Ingatlah bahwa Airlangga belum resmi menjadi raja Kahuripan pada tahun 1019 M. Tiga tahun setelah berdirinya Kahuripan.

Gambar Raja Airlangga sendiri merupakan raja besar Kerajaan Kahuripan. Nama Airlangga atau yang biasa dikenal dengan Erlangga memiliki arti air yang melompat.

Menurut para ahli sejarah, Airlangga yang merupakan putra Udayana atau Dharmmodayana Warwadeawa Udayana lahir dari pasangan Mahendratta (Gunapriya Dharmapadni) adalah berdarah campuran dari Belalu-Medang di Jawa Timur atau Bali-Jawa Timur.

Jika ditelusuri dari garis keturunan ayahnya, Airlangga masih dianggap sebagai cucu Sri Kesari Warmadewa (Raja Bali). Sebaliknya jika ditelusuri melalui garis ibu, Airlangga masih bisa dianggap sebagai nenek moyang Sri Makutawangsawardhana (raja Medang ke-3 pada masa Jawa Timur).

Oleh karena itu, Airlangga masih merupakan keponakan Dharmawangsa Teguh yang merupakan raja Mataram terakhir pada periode Jawa Timur. Airlangga memiliki dua adik perempuan bernama Marakata dan Anak Wungsu.

Marakata akan menjadi raja Bedewa setelah kematian Udayana. Sedangkan Anak Wungsu menjadi raja Bejauh setelah kematian Marakata. Saat berusia 16 tahun, Airlangga bersama abdinya Mpu Narotama berangkat ke Provinsi Medang.

Airlangga menikahkan putrinya dengan Dharmawangsa Teguh.

Dari pernikahannya dengan putri Dharmawangsa Teguh, Airlangga dikaruniai seorang putri bernama Sanggramawijaya Tunggadewi. Pada saat yang sama, lahirlah anak laki-laki Airlangga dari budak laki-laki, yaitu Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *