Kisah Asal-usul Telaga Warna, Hukuman untuk Putri Manja yang Serakah

TELAGA Warna adalah salah satu tempat terkenal di Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Tempatnya di tengah hutan, di belakang kebun teh, jadi asri selalu.

Selain keindahannya, tempat wisata ini juga memiliki cerita yang diyakini masyarakat sebagai awal kehidupannya.

Kisah asal usul Telaga Warna sudah diceritakan secara turun temurun dan menjadi salah satu legenda Jawa Barat.

Berikut ulasannya dari berbagai sumber, Kamis (13/6/2024).

Asal Usul Telaga Warna

Banyak fakta menarik mengenai asal usul Telaga Warna. Salah satunya dalam buku “Rahasia Telaga Warna” karya Eem Suhaemi.

Konon dahulu kala ada sebuah kerajaan bernama Kutatanggeuhan di kawasan Puncak. Lokasinya berada di lereng Gunung Lemo kawasan perbukitan Mega Mendung.

Kerajaan Kuttatanggeuhan dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Swarnalaya. Ia memerintah kerajaan bersama istrinya yang cantik, Ratu Purbamanah.

Meski kuat dan dicintai rakyat, Raja Swarnalaya sangat disukai. Hal ini terjadi karena dia dan pemiliknya belum juga melahirkan.

Kalau dipikir-pikir, alasan Raja Swarnalaya melanggar hukum berburu rusa di Gunung Mas. Menurut ahli nujum istana, ia mengatakan bahwa setiap rusa yang dibunuh oleh Swarnalaya merupakan tanda kematian keturunannya.

Menghadapi situasi sulit, Raja Swarnalaya berusaha mencari solusi. Ia memutuskan untuk bermeditasi pada bulan purnama di sebuah gua kecil dekat Gunung Mas.

Dalam proses ini, Swarnalaya menghadapi kesulitan dan permasalahan. Namun pada akhirnya Raja Swarnalaya dapat kembali ke istana dengan selamat.

Anehnya, beberapa bulan setelah kepulangannya, ada kabar baik. Wanita tersebut dikabarkan sedang hamil.

Akhirnya Raja Swarnalaya dan Ratu Purbamanah melahirkan seorang putri cantik yang diberi nama Dewi Kuncung Biru.

Mengingat penantian panjang Raja Swarnalaya dan ratu untuk mendapatkan seorang anak, mereka dan Dewi Kuncung Biru sangat sukses.

Sayangnya, pengetahuan ini mempunyai konsekuensi negatif.

Sehari sebelum ulang tahunnya, Dwi Kuncung Bisru meminta ayahnya untuk menghiasi seluruh rambutnya dengan emas dan permata.

Raja Swarnalaya terkejut mendengar permintaan tersebut karena tidak masuk akal.

Mendengar permintaannya ditolak, Dewi Kuncung Biru menjadi marah. Peristiwa ini terdengar di luar istana, di mana orang-orang bangkit untuk mempersembahkan barang-barang mereka sebagai hadiah kepada ratu yang hancur.

Sebagai tanda rasa syukurnya, Raja Swarnalaya mengadakan perayaan besar dan mengundang rakyatnya. Dalam acara tersebut, Dewi Kuncung Biru dihadiahkan sebuah kotak berisi banyak barang.

Namun Dewi Kuncung Biru kecewa karena dekorasi yang ditemukannya tidak sesuai ekspektasinya. Karena terkejut, dia melemparkan kotak itu ke tanah dan mengejutkan semua orang.

Perbuatan memalukan Dewi Kuncung Biru membuat suasana menjadi geram. Lalu terjadilah kebisingan dan badai.

Tanah di sekitar istana juga terbagi. Akhirnya banjir menenggelamkan segalanya.

Saat hujan reda, kerajaan Kutatanggeuhan lenyap dan digantikan oleh telaga yang penuh ikan warna-warni. Setelah itu masyarakat mengenalnya dengan sebutan Telaga Warna.

Ini merupakan update dari kisah asli Telaga Warga. Pesan moral lain yang bisa dipetik dari cerita di atas adalah keserakahan bisa membuat seseorang kehilangan segalanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *