Kisah Jenderal Polisi Hoegeng Nyamar Jadi Monyet Tangkap Orangutan Pemberian Soedomo

Kapolri Jenderal Paul (Purn) Hoegeng Iman Santoso merupakan sosok legendaris yang dikenal sebagai polisi yang jujur, adil, dan berprinsip. Di balik itu semua, Hoegeng gemar memelihara binatang atau binatang.

Bahkan Hoegeng pernah memelihara orangutan. Orangutan tersebut diserahkan oleh Laksamana Soedom, yang saat itu menjabat Komandan Komando Pemulihan Hukum dan Keamanan (Pangkopkamtib). Nama orangutan itu adalah Soedomo.

Namun suatu hari orangutan tersebut lepas dan menemukan jalannya ke halaman rumah tetangga Hoegeng. Pengurus rumah tangga mengusir orangutan tersebut hingga ke genteng, namun saat dipanggil, orangutan tersebut tidak turun.

Akhirnya, pengurus rumah tangga memberi tahu Hoegen. Pria Pekalongan ini pun turun tangan. Saat berada di atap rumah tetangganya, orangutan itu bernama Hoegeng, namun dia diam. Tak gentar, Hoegeng menyusun strategi dengan berpura-pura menjadi monyet.

“Mungkin orangutan itu tiba-tiba memintanya karena masih mengira dia punya saudara. “Dia peluk dan turunkan,” kata Hoegeng, Senin (5/6/2024), mengutip buku “Hoegeng: Polisi Teladan dan Menteri”, menirukan gaya monyet Dhart saat bercerita.

Namun, pemerintah saat itu mengeluarkan undang-undang yang melarang pemeliharaan hewan langka. Orangutan tersebut diserahkan kepada petugas pengawas hewan, namun meski sedih karena kehilangan hewan kesayangannya, Hoegeng harus menaati semua aturan.

Balas dendam Presiden Soeharto pada polisi yang jujur

Selain ceritanya berdandan seperti monyet, Hoegeng juga pernah dibuat menangis oleh Soeharto, presiden kedua RI. Setelah diselidiki lebih lanjut, terungkap bahwa Jenderal Högeng memiliki darah bangsawan. Ayahnya, Soekarjo Kario Hatmodjo, adalah seorang jaksa, dan ibunya, Oemi Kalsoem.

Ating Natadikusumah, sahabat ayahnya saat itu, adalah seorang polisi yang menginspirasi Hoegeng untuk memilih karir sebagai polisi. Hoegeng mendapat julukan polisi jujur ​​karena pendekatannya yang selalu jujur, terutama saat menghadapi penipuan.

Pada tahun 1968, Presiden Soeharto Hoegeng diangkat menjadi Kapolri. Penyelundupan merupakan hal yang lumrah pada masa itu. Salah satu kasus yang berhasil diselesaikan Hoegeng dan cukup terkenal saat itu adalah kasus penyelundupan mobil mewah Robby Tjahyadi.

Bahkan, pemerkosaan terhadap gadis 17 tahun asal Yogyakarta kala itu disebut Sum Kuning. Usai pengusutan dua kasus tersebut, Hoegeng dikabarkan dicopot dari jabatannya sebagai orang pertama di Korps Bhayangkara.

Pengumuman tersebut disampaikan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Maraden Pangabean sebagai mediator dan menunjuk Hoegeng sebagai duta besar untuk Belgia. Padahal masa jabatan Högeng saat itu belum berakhir.

Hoegeng juga bertemu dengan Presiden Soeharto. Dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto berkata, “Kamu tidak punya tempat di negeri ini, geng.” Hoegeng akhirnya memutuskan mundur dari kepolisian karena merasa tidak cocok dengan perannya sebagai diplomat.

Tak berhenti sampai disitu, pernikahan Prabowo dengan Titiek. Ayah Prabowo Soemitro yang merupakan sahabat dekat Hoegeng pernah meminta Hoegeng menjadi saksi di pernikahan Prabowo Subianto yang kelak menjadi Presiden RI ke-8 setelah Hoegeng.

Namun ayah Titiek melarang Presiden Soeharto Hoegeng menghadiri pernikahan tersebut. Hoegeng menangis kali ini. Inilah kisah salah satu pelopor jenderal polisi yang jujur ​​dan bersih di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *