Kisah Pilu Julia Tertimpa Reruntuhan Bangunan Akibat Lahar Dingin Gunung Marapi, Ibu dan Paman Meninggal

AGAM – Julia (19), salah satu penyintas banjir lahar beku Gunung Marapi di Jorong Galuang, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, berdiri terpaku di tiang sebuah bangunan.

Duka ia diliputi saat melihat jenazah pamannya Emri Koto (70), yang baru saja menyelesaikan pemeriksaan di RS Ahmed Mukhtar, dan ditempatkan di sekolah dasar setempat yang dipenuhi lahar dingin.

Selasa (14/5/2024) Amrizal Koto menjadi salah satu korban banjir lahar dingin yang ditemukan di dekat Masjid Jami’ Galuang.

Julia tetap menunduk ketika beberapa anggota TNI Angkatan Laut menanyakan apakah ia mau ikut serta dalam pemakaman jenazah pamannya yang dibungkus handuk itu.

Ingatan bencana lahar dingin yang menimpanya masih terpatri jelas dalam ingatannya.

Peristiwa tersebut merenggut nyawa ibunya, Suryani (52). Julia menceritakan, pada Sabtu (11/5) malam sekitar pukul 22.00 WIB, terjadi hujan deras disertai petir saat hendak tidur.

Selasa, 14/5/14 katanya: “Waktu petir padam, baru keluar air. Tadinya saya dengar ada suara, saya kira guntur, tapi setelah mati lampu, datanglah air banjir.” ) 2026).

Kemudian dalam hitungan detik, Julia terkena batu bata yang tergeletak telentang. Batu bata yang menimpanya terlepas dari dinding kamarnya.

“Aku dan adikku tidur di kamar depan, sedangkan ayah dan ibu tidur di kamar belakang,” ujarnya.

Saat batu itu mengenai tubuhnya, air sudah masuk ke tubuhnya. Julia mencoba menangkap sesuatu yang jatuh darinya, tapi dia tidak bisa menangkapnya.

“Aku mencoba melepaskan diri karena tertimpa batu, di saat yang salah aku ingin mencoba mengangkat benda itu, tapi tidak bisa, rasanya ingin menyerah tapi aku memikirkan keluargaku tapi aku harus melakukannya. ,” dia berkata.

Tiba-tiba air menjadi besar, sesuatu menimpanya dan Julia terseret beberapa meter. Tiba-tiba, benda yang mendorongnya berbalik dan melepaskannya.

“Karena derasnya air, batu bata yang menimpa saya terbawa angin. Saya langsung terselamatkan. Saya tidak tahu seberapa besar karena gelap,” ujarnya.

Setelah meninggalkan batu itu, dia segera bangkit, dan tak jauh dari situ dia melihat adiknya sedang memeluknya.

“Saya baru tahu, ternyata saya ke rumah tetangga, ada kakak saya dan langsung memeluk saya, saya menangis,” ujarnya.

Meski tertindih, namun tidak ada luka di tubuhnya, yang ada hanya rasa sakit karena ditindih.

“Ayah saya juga luka, adik saya juga luka, yang hilang ibu. Baru ditemukan pada Minggu (12/5/2024), dimakamkan di dekat sini,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *