Kisah Sultan Mataram Perintahkan Bunuh Wanita dan Anak Akibat Dendam

Pembunuhan massal terhadap anak-anak dan perempuan konon terjadi pada masa Kerajaan Mataram. Saat itu Kesultanan Mataram sedang dipimpin oleh Sultan Amangkurat I berdasarkan catatan duta besar Belanda bernama Van Goens pada tahun 1647.

Van Goens dalam catatannya mencatat adanya rasa kebencian di balik Tumenggung Viragu pada masa pemerintahan Sultan Amangkurat I. Memang pada saat itu, setelah pelantikan raja Mataram, ia meninggikan kedudukan Tumengung Viraguna, dan menggantikan abdi-abdi lamanya dengan yang lebih muda. Tumengang menilai tindakan tersebut merupakan hadiah dari raja.

Padahal, Sunan justru melemahkan kekuasaan Tumengang dengan membuang para penasihat terbaiknya. Akhirnya, pada tahun 1647, raja mempunyai kesempatan bagus untuk melaksanakan rencana yang telah lama tersembunyi di hatinya.

Dikutip dari “Perpecahan Mataram: Di Bawah Mangkurat I” karya HJ de Graaf, Ketika Blambangan diserbu Bali, sejumlah orang Jawa terbunuh. Sultan Amangkurat I berpura-pura sangat marah dan memutuskan sendiri untuk pergi ke sana. Namun para pelayan dekatnya yang mengetahui rencananya menghentikannya dan menyarankan untuk mengirimkan Tumenggung Viraguna sebagai gantinya.

Namun pejabat tinggi ini tidak kembali lagi karena adanya orang-orang yang mengkhianatinya. Kemudian dia membunuh orang-orang itu, karena mereka tidak menaati perintah raja.

Dikatakan juga bahwa seluruh keluarga dibunuh dengan dalih ini. Dalam catatannya di halaman 202, 220, 221 dan 238 Van Goens membenarkan kabar pembunuhan tersebut, dan di halaman 249 ia juga menyebut pembunuhnya, yakni kesayangan terdekat Raja Mataram, Kii Ngabei Virapatra.

Kisah singkat ekspedisi ke Pulau Jawa bagian Timur, sepeninggal Tumenggung Wiraguna muncul kabar adanya aksi balas dendam terhadap Tumenggung. Raja menggugatnya atas apa yang dia yakini sebagai tindakan tidak adil yang dilakukan terhadapnya sepuluh tahun sebelumnya.

Sultan Amangkurat I juga memerintahkan agar orang-orang yang mengadukan dirinya bersama Wiraguna, dan Tumenggung yang telah menipu ayahnya Sultan Agung bersama istri Wiraguna, dimusnahkan sebagai pemberontak, beserta istri dan anak-anaknya.

Akibatnya ribuan perempuan dan anak-anak tak berdosa dilaporkan kehilangan nyawa. Di sisi lain, Sultan Amangkurat I pura-pura tidak mengetahui bahwa adiknya juga merupakan bagian dari faksi mantan musuhnya. Padahal, sikap mereka sangat ramah. Namun adiknya tidak mempercayainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *