Memperkuat Diplomasi Haji Indonesia

Dr. Andi Purwono

Wakil Rektor I Universitas Wahid Hasyim Semarang,

Pengurus Komisi Litbang MUI Jawa Tengah

Musim Haji 2024 telah tiba dan 241.000 jamaah haji asal Indonesia sudah mulai diberangkatkan ke Tanah Suci secara bertahap sejak 12 Mei. Ibadah haji yang dihadiri jutaan jemaah merupakan peristiwa besar, multinasional dan penuh tantangan bahkan sejak persiapannya. Oleh karena itu diplomasi diyakini berkontribusi terhadap keberhasilan implementasinya. Dengan jumlah jemaah haji yang begitu besar, diplomasi haji seperti apa yang perlu lebih diperkuat oleh Indonesia?

Selain representasi, aspek penting dalam diplomasi adalah proses komunikasi (Christer J Nsson: 2013). Dengan komunikasi ini, keinginan dan kepentingan diselaraskan sehingga tercipta keharmonisan. Melalui institusi pemerintah pada saluran pertama dan berbagai aktor non-negara pada saluran kedua, diplomasi dilakukan demi kepentingan kepentingan nasional suatu negara untuk kepentingan semua orang.

Berkaca dari pengalaman beberapa musim haji, diplomasi Indonesia harus terus diperkuat dalam menghadapi tantangan-tantangan berikut ini. Pertama, umat Islam Indonesia sangat antusias menunaikan ibadah haji, namun kuota yang diberikan pemerintah Arab Saudi terbatas. Alhasil, antrian panjang jemaah haji sudah menunggu bertahun-tahun. Untuk itu, pemerintah dan berbagai pihak di Indonesia harus terus memperkuat diplomasi kuota untuk meningkatkan jumlah masyarakat.

Berkat diplomasi kita misalnya, kuota haji kita tahun ini bertambah 20.000 dari kuota awal 221.000 menjadi 241.000 jamaah. Direktur Pelayanan Rumah Haji Saiful Mujab mengatakan, kuota tahun ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah ibadah haji. Jemaah haji dibagi dalam 554 kloter penerbangan, 13 bandara, dan 14 boarding.

Kedua, diplomasi ekonomi agar kita bisa menikmati bagian manfaat haji yang lebih besar. Wakil Presiden Ma’ruf Amin (15/5) mengatakan, sedang berlangsung diskusi antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi terkait pembagian keuntungan uang yang masuk ke Arab Saudi. Isu penting adalah banyaknya jemaah haji dan umroh asal Indonesia.

Termasuk dalam diplomasi ekonomi ini adalah produk Indonesia yang akan digunakan dalam acara haji. Sejak tahun 2023, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Jeddah telah menetapkan ekspor produk Indonesia ke Arab Saudi sebagai program strategis ke depan. Targetnya dalam tiga tahun ke depan, 30% kebutuhan makanan dan minuman jemaah haji Indonesia akan menggunakan produk dalam negeri dari angka semula sekitar 10%. Nilai makanan dan minuman yang dikonsumsi jemaah haji Indonesia diperkirakan mencapai Rp 500 miliar.

Sebagai negara pengirim jemaah haji dan umrah terbesar di dunia, penggunaan produk Indonesia masih bisa meningkat. Hal ini juga disambut baik oleh importir asal Arab Saudi. Oleh karena itu, pemerintah harus terus mendampingi eksportir Indonesia agar produknya dapat memenuhi persyaratan khususnya yang ditetapkan oleh Saudi Food and Drug Authority (SFDA/Arab Saudi).

Ketiga, diplomasi pelayanan haji. Konsentrasi jutaan jemaah haji membuat berbagai sektor seperti transportasi, konsumsi atau akomodasi seringkali menghadapi risiko masalah, sehingga terus mengalami perbaikan. Pada musim haji 2023, Menteri Agama seperti Amirul Hajj dan beberapa pejabat penting, misalnya, harus turun tangan dan menyatakan diplomasi dengan kuat untuk meningkatkan layanan transportasi dan konsumsi bagi pemerintah Saudi dan kontraktor penyedia jasa.

Untuk memastikan seluruh layanan yang akan diberikan kepada masyarakat sudah siap, pemerintah mengirimkan 437 agen (8/5/24). Mereka akan bertugas di Daker Madinah dan bandara, termasuk 108 tenaga kesehatan. Selain itu, 414 petugas haji diberangkatkan untuk bekerja di zona kerja Makkah (15/5/24).

Mereka diberi pesan agar cermat dalam berfikir, yaitu melayani hanya tamu-tamu Allah dengan memberikan pelayanan yang terbaik. Ibadah haji memang merupakan kewajiban negara sebagaimana diamanatkan UU 8 Tahun 2019. Oleh karena itu, penyelenggara haji merupakan duta bangsa yang mengemban tugas negara yang berat namun mulia.

Gambar sedang

Pada jalur kedua, diplomasi jamaah haji direpresentasikan penting. Banyaknya jumlah jamaah membuat jamaah haji Indonesia selalu bisa memberikan warna di setiap musim haji. Oleh karena itu, sikap dan perilaku mereka terhadap Indonesia patut dibenahi.

Yang pertama adalah diplomasi citra. Masyarakat Indonesia sudah lama dikenal santun dalam beribadah dan muamalah (berinteraksi sosial). Kementerian Agama dan ulama kita selalu mengajarkan mereka untuk memposisikan diri sebagai dhuyufurrahman (tamu Allah). Sebagai tamu Allah, masyarakat akan berusaha bersikap baik terhadap Allah, pemerintah Saudi, dan jamaah lainnya.

Oleh karena itu, mereka berusaha menghindari kata-kata kotor, permusuhan, aktivitas politik bahkan perusakan tumbuhan dan hewan selama haji. Saat melaksanakan salat, masyarakat Indonesia tidak terbiasa berebut mencium Pedra Negra (batu hitam di Ka’bah) yang mulia, misalnya, atau memasuki tempat mustajabah (tempat doa dikabulkan dengan mudah) yang melanggar hak masyarakat lain. Sebaliknya, mereka suka berbagi dan bersedekah.

Praktik-praktik terbaik ini merupakan cerminan sesungguhnya dari wajah tersenyum umat Islam di Indonesia. Hal ini sekaligus menegaskan keagungan washathiyah (moderat) Islam Indonesia. Citra positif ini diyakini akan membantu mendukung kepentingan nasional kita di bidang lain.

Kedua, ratusan ribu jamaah haji Indonesia mempunyai potensi diplomasi budaya. Banyaknya komunitas yang membawa serta praktik dan produk budaya Indonesia. Batik, peci dan jilbab Indonesia, makanan daerah dan budaya kita yang berbeda-beda otomatis menjadi mendunia, dibawa ke masyarakat dan dikenal oleh umat Islam dari berbagai belahan dunia.

Musim haji merupakan periode yang menawarkan peluang globalisasi budaya. Oleh karena itu, ada baiknya kita melakukan upaya masyarakat untuk menggunakan dan menyajikan produk budaya kita yang unik. Memenangkan hati warga negara lain dengan sikap sopan jemaah haji dan bersentuhan dengan produk budaya khas Indonesia juga bisa menjadi soft power yang turut menunjang keberhasilan diplomasi Indonesia secara umum.

Musim haji selalu menjadi saat yang dinantikan oleh 2,02 miliar umat Islam di dunia. Ketepatan diplomasi juga turut membantu dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang selama musim haji.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *