Mencari Strategi Tepat Pola Pengasuhan Cucu

krumlovwedding.com, JAKARTA — Ketua Program Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini Agus Salim mengatakan, rencana membesarkan cucu yang tepat sebaiknya merupakan kesepakatan antara atasan atau nenek. dan orang tua anak tersebut. “Harap diingat bahwa tugas kakek dan nenek itu berbeda dengan orang tua, terkadang orang tua atau kakek nenek melebihi tanggung jawab anaknya (orang tua), hal ini tidak boleh, tidak boleh dilanggar, harus ada kesepakatan antara kakek dan nenek. sudah dewasa,” kata Rose dalam diskusi online di Jakarta, Jumat (26/4/2024). 

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Maret 2024, di Indonesia persentase keluarga yang terdiri dari tiga generasi (ayah/ibu, orang tua atau kakek-nenek dan cucu-cucunya) hidup . di rumah yaitu 34,68 persen. Kemudian, 33,66% lansia tinggal bersama keluarga inti, 22,07% tinggal bersama pasangan, 7,10% tinggal sendiri, dan 2,5% lainnya.

Dengan persentase keluarga tiga generasi tertinggi yang tinggal serumah, Rose memperingatkan bahwa akan ada konflik jika orang tua dan kakek-nenek tidak menyetujui pengasuhan anak. “Orang tua tidak bisa mempercayakan anaknya 100 persen kepada kakek dan nenek, sedangkan kakek dan nenek tidak bisa memaksakan aturan tertentu kepada cucunya,” ujarnya.

Koordinator Program Pendidikan Anak Usia Dini UI juga berbagi perbandingan antara dulu dan sekarang. Di masa lalu, mengasuh anak didefinisikan secara sempit, berdasarkan naluri, bukan penelitian.

Makanya kita sering mendengar hal-hal seperti, ‘di zaman ibu saya, ibu saya mengajari saya seperti ini’, modelnya seperti ini, lebih nyaman karena mereka tidak mengerti perlunya penyegaran atau apa. Anak-anak bisa bermain di luar. lebih dari elektronik, mereka tidak terlalu khawatir”, jelasnya.

Minimnya sarana komunikasi akibat minimnya penggunaan perangkat tersebut menyebabkan komunikasi antara kakek dan nenek dengan cucunya lebih banyak dilakukan melalui telepon dan tatap muka. “Hari ini berbeda, orang tua atau kakek dan nenek bisa ke YouTube, Google, apa yang harus diucapkan untuk menenangkan anak yang sedang marah, terkadang mereka lupa bahwa yang dibaca di sana tidak pantas, inilah bahayanya,” jelas Rose. .

Dikatakannya, saat ini orang tua atau kakek dan nenek seringkali merasa khawatir terhadap stimulasi yang diberikan pada anaknya karena telah memperoleh pemahaman dari berbagai sumber seperti webinar, internet, dan lain sebagainya. Jadi Anda selalu mengatakan “Saya berhati-hati”, “jangan lakukan itu” atau “Saya berhati-hati”.

Rose juga mengatakan, anak-anak zaman sekarang cenderung lebih banyak terpapar dengan perangkat elektronik. “Anak-anak generasi alpha sekarang ini banyak terpapar dengan barang-barang elektronik. Awalnya orang tua merasa bebas, karena anak-anak tidak mengganggu orang tuanya, tapi ketika ada penyelidikan, orang tua baru bingung untuk berhenti, ini harus dilakukan. dibicarakan satu sama lain, orang tua dan kakek-nenek,” ujarnya.

Untuk itu, Rose menegaskan, baik orang tua maupun kakek dan nenek harus memahami keadaannya dan mampu mengendalikan emosinya. “Orang lanjut usia (kakek dan nenek) tidak bertanggung jawab langsung terhadap tumbuh kembang anak atau cucunya, karena orang tua harus memegang peranan penting,” ujarnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *