Menjawab Tantangan Zaman, Membangun Budaya Baca di Kalangan Mahasiswa

Republika.co.id, Jakarta -Sebagian besar perpustakaan pendidikan bukan hanya gudang dalam buku ini. Selain itu, perpustakaan adalah pusat sains, di mana siswa memeriksa referensi profesional, serta posisi yang mendukung pengembangan niat untuk membaca. Namun, di usia penuh pencernaan untuk mengalihkan perhatian dari media sosial dan teknologi instan, perpustakaan harus menghadapi tantangan terbesar untuk terus menarik antusiasme siswa dalam membaca.

Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri (UNM) Sausan Elsya Pratiwi mengungkapkan bahwa desain lingkungan perpustakaan yang indah dan modern telah menjadi salah satu strategi utama untuk meningkatkan budaya membaca siswa.

“Sekarang banyak perpustakaan telah dibuat lebih canggih dengan kursi ergonomis, pencahayaan yang sangat baik, area istirahat seperti kacang dan tas terbuka. Ada juga elemen artistik dan budaya di interior mereka lebih menarik dan nyaman,” katanya dalam versi yang diterima pada hari Selasa (3/25).

Misalnya, Perpustakaan Universitas Nusa Mandiri di Universitas Margonda telah menggunakan gagasan ruang baca sederhana dan sudut siswa. Gagasan ini telah menunjukkan bahwa ia memiliki potensi untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam penggunaan struktur perpustakaan.

“Terlepas dari lingkungan yang positif, siswa lebih tertarik untuk datang dan membaca, bukan hanya untuk waktu yang singkat,” katanya.

 

Selain struktur menarik yang paling sederhana, perpustakaan juga harus berubah dengan kemajuan teknologi. Sebagai universitas bisnis digital, UNM telah menyajikan layanan e-book, jurnal elektronik, dan perpustakaan digital yang memudahkan siswa untuk mengakses bahan bacaan kapan saja dan di mana saja.

Dia mengatakan bahwa perpustakaan mengambil peran strategis dalam meningkatkan keterampilan belajar dan informasi siswa. “Melalui seminar, seminar, situs web, siswa dapat belajar untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dan kebijaksanaan. Ini tidak hanya membantu mereka secara profesional, tetapi juga menciptakan kebiasaan membaca yang berkelanjutan,” katanya.

Selain itu, agar siswa lebih termotivasi untuk dibaca, perpustakaan juga harus memastikan bahwa koleksi ini penting untuk kebutuhan profesional dan minat pribadi mereka. Tidak hanya buku teks dan jurnal ilmiah, tetapi juga buku -buku palsu, motivasi, untuk topik populer lainnya yang dapat menarik hasrat untuk membaca siswa dari berbagai konteks.

Menurutnya, menghadirkan lingkungan yang positif, program membaca yang mengagumkan, penggunaan teknologi digital dan koleksi multi -buku, perpustakaan dapat menjadi pusat bacaan dan penulisan modern yang meningkatkan budaya membaca di antara siswa. “Tanggung jawab perpustakaan lebih penting, tidak hanya dalam pengelolaan koleksi, tetapi juga dalam pengembangan informasi membaca dan menulis dan penggunaan media sosial sebagai cara untuk mempromosikan,” kata Sausan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *