Pelaku Industri Tekstil: Saat Ini Trennya Bukan Lagi PHK, Tapi Menutup Pabrik

JAKARTA – Gelombang PHK massal yang melanda industri mulai menjadi fokus. Ratusan ribu pekerja di-PHK oleh industri tekstil dan produk tekstil (TPT) seiring merosotnya penjualan di tengah maraknya barang impor di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Fiber Indonesia (APSyFI) Redma Gita Vairavasta menjelaskan, pengumuman PHK hanya terlihat di permukaan. Ia mengatakan, situasi industri TPT lokal saat ini memaksa usaha-usaha tutup akibat penutupan pabrik.

“Tren yang ada saat ini bukan menghentikan PHK, tapi menutup pabrik, karena perusahaan sekarang mempekerjakan sisa pekerja, sehingga mereka melakukan PHK sekaligus menutup pabrik,” kata Geeta kepada MPI, Jumat (14/8). kepada MPI, Jumat (14/12). 6/2024)

Selama pemerintah tetap melanjutkan kebijakan pro-impor, kata dia, tren keluarnya industri TPT akan terus berlanjut.

“Sampai ada kebijakan pengembangan pasar dari pemerintah, tren penutupan pabrik akan terus berlanjut selama pemerintah mendukung importir,” kata Geetha.

Sejak awal tahun 2024 Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Tahun 2024 No. Situasi semakin buruk setelah penarikan 8 yang mendukung relaksasi impor sehingga menyebabkan industri TPT mengalihkan pasarnya ke barang non-lokal.

“Seiring dengan keinginan Permendag Nomor 8 Tahun 2024 untuk melonggarkan impor dan banyak merek lokal yang beralih ke barang impor, industri TPT merasa tidak percaya diri dan arus kas buruk sehingga beberapa perusahaan menutup pabriknya. Selebihnya para pekerjanya di-PHK,” kata Geetha.

Sebagai informasi, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPN) Ristadi menjelaskan penurunan permintaan produk TPT disebabkan ketidakmampuan bersaing harga dengan barang impor, terutama yang didatangkan dari China.

“Pabrik-pabrik tekstil ini sebenarnya berusaha bertahan dengan melakukan inovasi dalam menjual produknya, namun kemudian tidak laku, terutama di pasar lokal,” jelas Ristadi.

“Produknya tidak laku karena kalah bersaing harga dengan produk TPT impor, terutama dari China, sehingga tidak bisa bertahan,” kata Ristadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *