Republik Jakarta – Ekonom Universitas Gadjah Mada Defyan Koli menekankan pentingnya pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar campuran pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Biomassa tidak hanya mendukung transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan, namun juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.
“Co-firing, proses pencampuran biomassa dan batu bara dalam pembangkit listrik berbahan bakar fosil, dapat menciptakan lapangan kerja dan mendukung perekonomian lokal melalui pembuangan limbah pertanian, kehutanan, atau perkebunan,” katanya dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu. 2024).
Co-firing tidak hanya mengurangi emisi karbon, lanjut Defian, namun juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Bahan biomassa diolah dari limbah pertanian dan dijual oleh masyarakat sehingga memungkinkan mereka memperoleh penghasilan tambahan.
“Jika masyarakat menyadari nilai ekonomi dari sampah yang mereka hasilkan, maka mereka dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan sekaligus membantu mengurangi emisi karbon.”
Untuk itu, Defyan merekomendasikan agar pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk subsidi dan insentif untuk membantu biomassa tetap kompetitif di pasar domestik. Pasalnya, Indonesia akan mengekspor sekitar 500.000 ton wood pellet dan 4,5 juta ton batok kelapa pada tahun 2022 saja.
“Jika harga dalam negeri lebih menarik, bahan-bahan tersebut bisa digunakan untuk co-firing dalam negeri,” tambahnya.
Defyan menegaskan, dengan dukungan yang tepat, co-firing tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, namun juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, pemerintah khususnya Kementerian ESDM harus mengambil langkah proaktif untuk memperluas penerapan teknologi tersebut sebagai alternatif impor energi yang selama ini menguras devisa negara.
“Hal ini dapat memberikan alternatif terhadap impor minyak dan bahan bakar yang telah menguras devisa sebesar Rp 126,4 triliun pada pertengahan tahun 2024,” tutupnya.
Sebagai catatan, mayoritas PLTU saat ini menggunakan teknologi co-firing, yakni mencampurkan batu bara dengan sumber energi terbarukan seperti serbuk gergaji, sekam padi, dan tempurung kelapa. ,
Pada tahun 2023, pemanfaatan biomassa dalam pembakaran bersama akan menunjukkan hasil yang signifikan. Angka ini meningkat sebesar 77% dari tahun ke tahun, mengurangi emisi karbon sebesar 1,05 juta ton CO2 dan meningkatkan produksi energi sebesar 1,04 terawatt jam (TWh).