krumlovwedding.com, JAKARTA – Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA berharap Presiden Prabowo Subianto bisa meningkatkan perekonomian Indonesia. Menurut Denny JA, peringkat perekonomian Indonesia setidaknya bisa naik tiga peringkat dari peringkat 16 ke peringkat 13 secara global selama masa jabatan Prabowo.
“Prabowo bisa menciptakan skenario terbaik untuk Indonesia. “Pada akhir masa jabatannya, peringkat perekonomian Indonesia naik tiga peringkat dari peringkat 16 menjadi peringkat 13 dunia,” kata Denny JA dalam keterangan tertulisnya yang dikutip, Senin (21/10/2024).
Denny mendasarkan harapannya pada prediksi lembaga kredibel seperti Bank Dunia dan McKinsey. Kedua lembaga ini melaporkan bahwa Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia antara tahun 2045 dan 2050. Di antara negara-negara dengan perekonomian besar, Indonesia akan bergabung dengan Tiongkok, India, dan Amerika Serikat yang menduduki peringkat teratas perekonomian dunia tahun ini.
Saat ini, Indonesia berada di peringkat 16 perekonomian global. Perjalanan menuju peringkat 12 dalam 20 tahun ke depan merupakan sebuah pencapaian besar, namun bukan tidak mungkin dilakukan dengan strategi yang tepat.
“Jika Indonesia bisa naik dari peringkat 16 dunia (2024) menjadi peringkat 4 dunia (2045) dalam waktu 20 tahun, berarti peringkat Indonesia rata-rata naik tiga peringkat setiap lima tahun,” kata Denny JA.
Meski demikian, Denny JA juga mencatat ada dua kendala yang dihadapi Prabowo saat ini. Kedua tantangan tersebut berkaitan dengan bahaya korupsi dan bendera merah demokrasi. Korupsi bukan sekedar masalah moral atau etika, namun merupakan penyakit sistemik yang menimpa sistem perekonomian.
Menurut Denny JA, hal itu sudah diketahui oleh Prabowo. “Dulu dia bilang ke parpol pendukungnya: Jangan instruksikan menteri minta uang APBN.”
Korupsi ibarat karat yang menggerogoti mesin negara. Ketika dana publik disalahgunakan atau hilang, pembangunan infrastruktur terhambat, investasi gagal terwujud, dan masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan.
Berdasarkan indeks Transparansi Internasional, skor persepsi korupsi di Indonesia adalah 34 pada tahun 2014, dan berada pada peringkat 107. Tahun 2023 nilainya tetap di angka 34, namun peringkatnya turun menjadi 115. Meski standarnya tidak berubah, penurunan peringkat menunjukkan bahwa upaya pemberantasan korupsi harus ditingkatkan.
Hilangnya kualitas demokrasi juga harus diperhitungkan. Economist Intelligence Unit menyusun indeks demokrasi.
Pada tahun 2014, skor demokrasi Indonesia berada pada angka 6,95 dan menduduki peringkat ke-49, namun pada tahun 2023 skor demokrasi Indonesia turun menjadi 6,53 dan menduduki peringkat ke-56. Hal ini berdampak pada menurunnya indeks demokrasi Indonesia.
Denny JA menegaskan, demokrasi yang sehat merupakan landasan penting bagi kemajuan ekonomi yang berkelanjutan. Tanpa demokrasi yang kuat, kebijakan ekonomi sering kali dirumuskan tanpa konsultasi publik yang memadai, sehingga melemahkan legitimasi dan dukungan kebijakan.