krumlovwedding.com, JAKARTA – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lies Indriati mengatakan, perlu ada langkah untuk mengurangi dan mengolah limbah popok dan pembalut dengan mempertimbangkan dampak lingkungan. Mendorong daur ulang dan penggunaan kembali adalah satu hal.
Dalam diskusi daring di Pusat Penelitian Lingkungan dan Teknologi Bersih (PRLTB) BRIN dari Jakarta, Rabu, Lies menjelaskan, penelitian yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan potensi penggunaan popok bayi sebesar 17,44 juta per hari, yaitu produksi 3.488 ton. sampah per hari.
Peneliti PRLTB BRIN juga menemukan, berdasarkan jumlah wanita usia subur, limbah pembalut wanita bisa mencapai 42.000 ton per bulan pada tahun 2022, sehingga mencapai 73,44 juta orang yang menggunakan 1.151,2 juta pembalut per bulan.
“Beban lingkungan yang ditimbulkan dari produk ini adalah pada dasarnya produk tersebut berdesain sekali pakai, sehingga segera dibuang setelah digunakan. Keluar ke lingkungan dan berisiko mencemari lingkungan,” ujarnya.
Ia mencatat, masih banyak masyarakat yang tidak memilah kedua produk tersebut, banyak yang dibuang ke tempat sampah dan tidak disortir.
Lies menjelaskan, sistem pengelolaan sampah yang ada saat ini masih belum memperhitungkan jenis limbah produk penyerap sanitasi, baik dari segi kesadaran karyawan maupun ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang tepat.
“Kalau dilepas ke alam sebenarnya bisa terurai jika terkena cahaya, tapi karena ditimbun dan ditimbun dalam tanah, tidak terkena cahaya sehingga butuh waktu lebih lama untuk terurai,” ujarnya. .
Menurut literatur anekdot, ia bertahan sekitar 500-800 tahun dan sama sekali tidak bisa dihancurkan, terutama jika mengandung bahan polimer.
Untuk itu perlu dikembangkan bahan produk penyerap higienis sekali pakai yang ramah lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan pengurangan dan pengolahan sampah.
“Sampah popok atau pembalut tidak bisa langsung didaur ulang, namun yang bisa dilakukan adalah membatasi sampah dengan mengedukasi masyarakat tentang penggunaan produk yang dapat digunakan kembali,” jelasnya.
Sebelum pergi ke TPA, ia menjelaskan bahwa produk seperti popok bisa didaur ulang, apalagi terbuat dari plastik.