krumlovwedding.com, smartphone Jakarta -ak dapat mengetahui wajahnya, para ilmuwan sekarang melakukan teknologi terobosan yang dapat terasa. Tim peneliti dari Penn State University telah mengembangkan “bahasa elektronik” yang menggabungkan sensor tipis dengan kecerdasan buatan untuk mendeteksi kecurangan makanan, penurunan dan kontaminasi makanan dalam beberapa menit.
Penelitian ini, yang diterbitkan di Nature Magazine, menggabungkan dua teknologi terbaru. Pertama, graphene, yang hanya atom padat dan sangat efektif dalam transfer listrik, adalah sensor tipis yang terbuat dari bahan karbon. Kedua, Kecerdasan Buatan (AI), yang dapat mempelajari pola, mirip dengan rasa rasa bahasa manusia.
Bahasa elektronik juga menggunakan sensor yang mengirim sinyal listrik ke jaringan saraf buatan yang menganalisis data, seperti reseptor rasa yang mengirimkan sinyal ke otak. Menariknya, sistem ini dapat mendeteksi zat yang berbeda dan mengevaluasi kualitas, orisinalitas, dan kesegaran makanan atau minuman dalam satu menit. Dalam percobaan, bahasa elektronik ini dapat mendeteksi susu hidup (misalnya, gejala yang sudah ketinggalan zaman) dan membedakan soda dengan akurasi 97 %.
“Kami telah menemukan bahwa sistem ini memiliki fungsi yang lebih halus dan sulit untuk mendefinisikannya sebagai orang dengan benar,” katanya.
Sistem ini juga sangat sensitif dalam mendeteksi bahan kimia berbahaya dalam makanan dan minuman. Sebagai contoh, sistem ini dapat menemukan senyawa yang berpotensi berbahaya yang disebut asam perfharohexanic (bahan kimia yang digunakan dalam produksi) untuk mendeteksi setetes air di kolam Olimpiade dengan 2,5 buah dalam satu miliar.
“Bahasa elektronik” adalah langkah penting untuk tes kimia canggih lebih mudah dan lebih dapat diandalkan. Dengan menggabungkan dua teknologi, para ilmuwan telah menciptakan sistem yang dapat mengubah keamanan dan orisinalitas makanan.