Republika.co.id, Jakarta – Ilmuwan menunjukkan bahwa autisme spektrum (TSA) dimotivasi oleh campuran genetik dan lingkungan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa infeksi selama kehamilan, seperti flu, adalah salah satu faktor lingkungan yang berpotensi membuat autisme.
Meskipun hubungan ini tidak selalu merupakan kausal, yang berarti bahwa flu selama kehamilan tidak menjamin autisme dengan seorang anak, penelitian menunjukkan bahwa infeksi tersebut dapat menjadi faktor penyebab.
Lipkin adalah penulis utama dalam sebuah penelitian yang meneliti hubungan potensial antara paparan flu selama kehamilan dan risiko autisme pada anak -anak. Studi ini berfokus pada flu laboratorium, tidak hanya tergantung pada tanggapan terhadap survei atau catatan medis.
Para penulis mengatakan bahwa jika infeksi berkontribusi pada peningkatan risiko autisme, penyebab virus itu sendiri mungkin tidak. Tetapi karena respons sistem kekebalan tubuh dan peradangan ibu yang diilhami.
Untuk memahami apa yang terjadi pada janin ketika ibu mengalami infeksi, para peneliti mempelajari model hewan. Irene Sanchez Martin, mantan peneliti peradilan di Spring Cold Harbor Laboratory di Amerika Serikat, mengarah pada penelitian berkelanjutan pada hewan yang melihat bagaimana peradangan selama kehamilan dapat berkontribusi pada gangguan perkembangan saraf pada anak -anak.
Penelitiannya tentang tikus laboratorium dilakukan dan ditemukan bahwa aktivasi kekebalan ibu selama kehamilan dikaitkan dengan hasil perilaku yang mirip dengan apa yang dapat diterjemahkan oleh autisme pada manusia.
Lipkin mengatakan bahwa peningkatan kadar sitokin yang terkait dengan peradangan pada wanita dengan anak -anak yang didiagnosis dengan autisme terjadi.