Pentingnya Menanamkan Pancasila di Hati, Bukan Sekadar di Mulut

Rektor (UP) Universitas Pancasila Prof. Marsudi Wahyu Kisworo mengaku prihatin dengan tingkat korupsi di Indonesia. Menurutnya, Indonesia sebenarnya merupakan negara berdasarkan Pancasila dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia setelah Uganda.

Hal ini sangat berbeda dengan negara lain, seperti Selandia Baru atau Skandinavia, yang tidak mengakui atau mengakui Pancasila, namun memiliki tingkat korupsi yang sangat rendah. “Itu artinya mereka lebih pintar dari kita,” kata sang profesor. Marsudi Wahiu Kisworo saat penandatanganan Nota Kesepahaman antara MPR-RI dan UP tentang Sosialisasi Pancasila di Aula Nasantara Fakultas Hukum Jakarta.

Ia menyatakan, negara lain tidak menyebut Pancasila tapi melaksanakannya. Berbeda dengan kita yang menyebut Pancasila hanya di mulut, tapi tidak di hati.

Dalam hal ini, universitas mempunyai kewajiban untuk menanamkan Pancasila tidak hanya di mulut namun juga di hati. “Kita mulai dari hal kecil, seperti datang ke kelas tepat waktu. Karena kalau tidak tepat waktu, berarti kita tidak tepat waktu, karena itu koruptor waktu. Termasuk dosen, kalau tidak tepat waktu, mahasiswa bisa mengingatkan. juga, karena itu juga melanggar waktu, artinya mereka korup. Artinya tidak.”

Untuk mendorong kejujuran, ia menyarankan agar siswa diberi kesempatan untuk mengikuti ujian tanpa pengawasan. “Kita bisa melatih siswa untuk berperilaku jujur, misalnya dengan memberikan kesempatan mengikuti ujian tanpa pengawasan,” kata Perdana Menteri Marsudi. “Jika mereka masih berbuat curang, berarti mereka bukan anak punk.”

Ia menyadari seiring berjalannya waktu, penanaman nilai-nilai Pancasila harus menyesuaikan dengan perkembangan saat ini. Sehingga kemasannya harus disesuaikan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menarik perhatian generasi muda melalui media sosial, TikTok, YouTube, dll.

Adapun MoU dan MPR Sosialisasi Pancasila bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Pancasila harus menjadi ideologi besar seperti liberalisme dan sosialisme.

Sementara itu, Plt Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fawzia mengatakan kerja sama dengan UP ini merupakan yang kedua kalinya.

Menurut dia, MPR memiliki program sosialisasi empat pilar yaitu sosialisasi Pancasila, Konstitusi, Binika Tungal Ika dan NKRI. Jadi kita tidak ingin Pancasila hanya dikenang, kita ingin Pancasila menjadi diri kita sendiri, ujarnya.

Menurutnya, anak-anak muda tersebut kini lebih mengenal media sosial seperti TikTok dan Instagram, serta lebih mengenal budaya luar.

Untuk itu, pihaknya harus menghadirkan seni dan budaya bangsanya kepada generasi muda. Karena kurang nilainya, artinya karakter. Bagaimana memulihkan moral dan etika.

“Misalnya dulu kita jalan di depan orang tua, kita harus sujud, tapi sekarang anak-anak tinggal panggil orang tuanya saja gan, nilai-nilai budaya bangsa ini sudah berubah, artinya kita ingin kembali. kepada mereka generasi muda agar lebih menghargai nilai budaya bangsa.

Untuk itu nilai-nilai Pancasila saat ini harus ditanamkan kepada generasi muda dengan bekerja sama dengan UP, ujarnya.

Ia yakin UP sangat mendukung dan menerapkan nilai-nilai Pancasila kepada seluruh mahasiswanya. Oleh karena itu, ia berharap dapat menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi muda penerusnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *