Perlu Lebih Hati-Hati Menulis Sejarah Kepanduan

Berthold Sinaulan

Pelatih pramuka

Menulis sejarah memerlukan kehati-hatian. Penulis sejarah harus meneliti, memverifikasi, mengkonfirmasi dan menggunakan sumber sebanyak-banyaknya. Termasuk didalamnya adalah penulisan sejarah kepanduan atau kepanduan.

Misalnya, ada artikel berjudul “Pramuka, Karakter Bangsa, dan Peradaban Dunia” yang ditulis oleh Mehmet Siddiq Sisidianto, yang katanya merupakan Direktur Kuartal Gerakan Pramuka Nasional. Artikel ini dimuat di Kios Berita pada Rabu 17 April 2024.

Bagian pertama artikel ini membahas tentang sejarah kepanduan dan sepertinya perlu banyak koreksi dari paragraf pertama. “Pada masa Perang Dunia I (28 Juli 1914 – 11 November 1918), situasi yang memprihatinkan membuat generasi muda percaya bahwa mereka harus bersiap menghadapi situasi yang tidak menentu saat itu. Alhamdulillah jika generasi muda mampu melakukan hal itu,” ujarnya. menulis. Dari pemikiran tersebut, Baden-Powell, seorang warga negara Inggris, mendirikan Gerakan Pramuka pada tanggal 1 Agustus 1907. Ia mencatat pengamatannya tentang Gerakan Pramuka di dunia dalam buku berjudul “Scouting for Boys.”

Sejak awal tidak terlihat bagus. Bagaimana Baden-Powell (bukan Powell seperti yang dieja dengan huruf “l” di artikelnya) bisa menciptakan gerakan Kepanduan atas dasar bahwa generasi muda harus siap menghadapi situasi yang tidak pasti seperti Perang Dunia I? Faktanya, Baden-Powell berkemah di Pulau Brownsea pada tanggal 1 Agustus 1907 (yang kemudian dianggap sebagai kamp Pramuka pertama). Tujuh tahun berlalu sebelum dimulainya Perang Dunia.

Begitu juga dengan buku Pramuka (anak laki-laki berhuruf s). Awalnya diterbitkan berseri sebagai pamflet (buku kecil) dalam enam edisi dari Januari hingga Maret 1908 dan diterbitkan pada akhir tahun yang sama. Tentu saja, buku itu sudah ada enam tahun sebelum dimulainya Perang Dunia I.

Kemudian penulis menambahkan pada alinea kedua: “Gerakan Pramuka Indonesia diperkenalkan secara resmi pada tahun 1912 oleh pemerintah Hindia Belanda di Bandung melalui organisasi kepanduan bernama Nederlandesche Padvinders Organisatie (NPO) yang kemudian menjadi Nederlands-Indische pada tahun 1916. Vereeniging ( NIPV).

Ini juga merupakan kesalahan yang sangat serius. Sebenarnya Pramuka pertama kali diperkenalkan pada tahun 1912 di Batavia (sekarang Jakarta), bukan di Bandung. Hal ini dijelaskan dengan jelas dalam dua buku penting yang diterbitkan oleh Gerakan Pramuka Nasional Quartier beberapa tahun lalu. Kedua buku tersebut adalah: “Pengabdian Tak Terbatas – Catatan Perjalanan 60 Tahun Gerakan Pramuka 1961-2021” (ISBN 978-979-8318-51-1) dan Pengabdian Tak Terbatas – 110 Tahun Gerakan Pramuka di Indonesia (ISBN 978 -). 979-8318-67-3). Kedua buku ini secara akurat mendokumentasikan sejarah gerakan Pramuka.

Disebutkan juga pada tahun 1916 sehubungan dengan keberadaan NIPV. NIPV sebenarnya sudah ada sejak tahun 1914. Nomor yang disebutkan pada tahun 1916 adalah Javaansche Padvinders Organisatie (JPO), yaitu organisasi kepanduan yang didirikan oleh Sri Mangkunegara VII.a Solo. Disebutkannya, ini juga merupakan organisasi kepanduan pertama yang semuanya bersifat lokal, baik pengurus, pelatih, hingga siswa.

Lebih lanjut pada alinea ketiga pasal tersebut disebutkan: “Gerakan Pramuka yang berbasis pada kegiatan Kepanduan sudah merasakan kebutuhan nyatanya sejak lama, bahkan sebelum bangsa ini merdeka setelah berdirinya Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV), banyak yang tidak mendukung gerakan ini Gerakan pramuka darat dan air pun tercipta masing-masing seperti Javaansche Padvinders Organisatie, Pandu Ansor, Padvinder Ahmadiyah (Hizbul Wathan), Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia, Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie, Panduis Indonesia, Padvinders Organisatie, Pasundan, Kesultanan Pandu, Bulan Sabit, Wathoni, Tri Dharma (Kekristenan), Pramuka Katolik Dasar Indonesia dan Pramuka Periklanan Indonesia.”

Tidak disebutkan dalam pasal Bandu Rakyat dan Persatuan Pramuka Indonesia (Epindu) yang kemudian menjadi penggabungan/federasi berbagai organisasi Pramuka Indonesia. Epindori bisa disebut sebagai upaya awal menyatukan berbagai organisasi Pramuka setelah Indonesia merdeka, sebelum akhirnya melebur menjadi satu wadah yang sebenarnya, yaitu Gerakan Pramuka.

Maka marilah kita lebih berhati-hati jika ingin menuliskan sejarah Pramuka atau Pramuka. Halo pramuka!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *