Petani Mawar di Nganjuk Punya Harapan Baru Mengembangkan Usaha

NGANJUK – Petani mawar di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur kini mendapat harapan baru berkat program Clustering Kelompok Bunga Unggul. Mereka mulai membentuk kelompok untuk berbagi pengetahuan dan kemajuan bersama.

Hal ini terjadi pasca terbentuknya kelompok petani mawar di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk.

Kampung Ngliman ditetapkan sebagai kawasan budidaya bunga mawar karena letak geografisnya yang berada di dataran tinggi sangat ideal untuk budidaya bunga mawar.

“Program ini merupakan kumpulan kelompok bunga unggul atau Kak Wulan yang kita pendampingkan satu per satu agar populasi petani mawar terus meningkat,” kata Kepala Madani Nasional (PNM) Cabang Kediri Ibu Kota. meliputi wilayah kerja Nganjuk, kata Mizan Saroni dalam kesaksiannya, Senin (20/5/2024).

Klaster petani mawar kini beranggotakan 30 orang. Melalui program ini, para petani mawar di Kampung Ngliman mendapatkan program pengembangan usaha yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

“Seperti hari ini, mereka diajak petugas Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk untuk belajar cara menanam bunga mawar yang benar. “Dari teori pengelolaan tanah hingga pengetahuan keasaman tanah untuk lokasi penanaman mawar,” kata Mizan Sahroni.

Dijelaskannya, kegiatan ini akan dilakukan dalam tiga tahap dengan menggunakan material berbeda. Pertama, pengetahuan dasar berhubungan dengan tanaman mawar. Kedua, teknik pengemasan. Ketiga: teori dan taktik pemasaran yang efektif.

“Pada tahap awal ini, petani diajarkan tentang tingkat keasaman dan kualitas tanah yang baik untuk tanaman mawar. Misalnya mengetahui berapa pH tanah dan lain sebagainya. “Petani yang juga nasabah PNM bisa memperluas pengetahuan budidaya bunga mawar ke sektor korporasi,” ujarnya.

Salah satu penanam bunga mawar anggota program Kak Wulan yang sudah membudidayakannya sejak kecil, Fitri Hariyani, senang dengan adanya program ini. Menanam bunga mawar bukanlah profesi baru baginya.

Sejak kecil ia sudah tertarik dengan tanaman mawar yang ditanam oleh orang tuanya. Di Desa Ngliman, tempat ia dilahirkan, budidaya bunga mawar sudah menjadi profesi bagi sebagian warga.

“Sangat disayangkan pertumbuhan industri tidak tumbuh. Belum lagi dukungan modal, mereka tidak pernah diberikan pengetahuan cara menanam bunga mawar yang benar. Saya telah menanam mawar sejak saya masih kecil. “Tetapi kami belum mengetahui teknik bercocok tanam secara lengkap dan tidak mengukur keasaman tanah seperti yang kami lakukan saat pelatihan,” kata Fitri.

Ia mengaku sudah tujuh tahun menjadi pelanggan Mekaar dan banyak membantunya, terutama dalam hal sumber permodalan dan pengelolaan bunga mawar.

Hal serupa juga dialami Gemi Nuryanti, seorang petani mawar yang sudah delapan tahun menjadi pelanggan. Ia tak menyangka, syarat mendapatkan modal usaha hanya dengan menunjukkan kartu identitas.

“Sulit meminjam ke lembaga lain. Alhamdulillah ini sangat membantu untuk bisnis. “Kami punya harapan baru,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *