Risiko Mematikan, RSV Penyebab Pneumonia Utama pada Balita

JAKARTA – Merujuk data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, pneumonia menyebabkan 14 persen dari seluruh kematian anak di bawah lima tahun, mencapai 740.180 kematian. Begitu pula dengan data UNICEF yang menyebutkan bahwa di Indonesia pneumonia menjadi penyebab utama kematian anak balita dengan sekitar 19.000 anak meninggal pada tahun 2018.

Perkiraan global setiap jamnya 71 anak di Indonesia terkena pneumonia. Konsultan Respirologi Anak, Prof Cissy Kartasasmita mengatakan, penyakit tersebut membunuh anak di bawah usia lima tahun.

Pneumonia adalah peradangan paru akibat infeksi virus, bakteri, atau jamur yang menyebabkan sesak napas, menyulitkan anak bernapas, dan menimbulkan demam, batuk berwarna bening atau kuning, hijau, atau bercampur darah, ujarnya. . dia berkata.

Menurut Cissy, gejala awal pneumonia sulit dibedakan dengan penyakit sistem pernafasan lainnya. “Hal ini sering diabaikan sehingga penting bagi orang tua untuk mewaspadai berbagai tanda dan risiko awal pneumonia. Dampaknya bisa menyebabkan kematian, itulah sebabnya pneumonia disebut sebagai close killer,” ujarnya.

Salah satu penyebab pneumonia adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV). Virus ini adalah penyebab utama pneumonia virus. Referensi data dari empat penelitian lokal yang berbeda juga menunjukkan bahwa ini adalah virus yang muncul setiap tahun.

Puncak kasus terjadi pada minggu ke-48 (awal Desember) hingga minggu ke-16 (akhir Maret). Namun para ahli masih percaya bahwa hal ini akan terjadi setelah flu sepanjang tahun.

Faktor risiko utama infeksi RSV adalah bayi prematur, bayi dengan cacat lahir seperti cacat jantung bawaan, bayi dengan BPD (brocho pulmonary dysplasia), dan bayi dengan CP (Celebral Palsy).

Diperkirakan 2,02% bayi prematur berisiko tinggi terkena infeksi RSV. Kematian bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi, mencapai 3% dibandingkan angka kematian akibat Covid-19 pada anak sebesar 0,4%.

Artinya, risiko tertular RSV lebih tinggi pada bayi prematur. Saat ini, Indonesia memiliki angka kelahiran prematur yang tinggi, sekitar 10%, kata Cissy.

Berdasarkan Survei Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi kelahiran prematur di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia menduduki peringkat ke 5 dunia untuk bayi prematur dengan sekitar 657.700 kasus.

Ia berpendapat penting bagi masyarakat untuk mengetahui apa itu RSV dan pentingnya mencegah kelahiran prematur untuk mengurangi risiko kematian bayi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pneumonia akibat virus tidak menimbulkan gejala yang parah, namun penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama.

Pneumonia dapat menular melalui droplet atau percikan air liur. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mencuci tangan, menjaga sirkulasi udara di rumah, mengurangi paparan polusi udara, dan memberikan antibodi monoklonal pada bayi, terutama bayi prematur.

Kekebalan terhadap pneumonia akibat infeksi bakteri dapat diperoleh dengan vaksin DPT, Hepatitis B dan A, serta HiB. Saat ini, pneumonia akibat infeksi virus adalah vaksin Polio, MR/MMR, demam berdarah, flu, dan cacar air yang dapat melindungi anak dari penyakit tersebut.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan imunisasi bayi dengan antibodi monoklonal RSV. Untuk itu, penting bagi pemerintah dan kita semua untuk meningkatkan upaya menjaga kesehatan anak prematur, memberikan edukasi mengenai pencegahan pneumonia, dan memperkuat daya tahan tubuh anak dengan vaksinasi terjadwal, kata Cissy.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *