Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.080, Dipicu Spekulasi Suku Bunga AS

JAKARTA – Nilai tukar rupiah melemah 34 poin atau 0,21% menjadi Rp16.080 per dolar AS pada perdagangan hari ini dari perdagangan terakhir Rp16.046. Rupee berada di level 16.078 terhadap dolar AS, menurut data Bloomberg.

Pengamat pasar uang Ibrahim Azubi mengatakan dolar AS dipengaruhi oleh lebih banyak pedagang yang menyukai greenback dibandingkan data indeks harga produsen pada bulan April, namun data indeks harga konsumen akan menjadi fokus utama, yang menunjukkan bahwa hal ini akan menjadi salah satu faktornya. Prospek Suku Bunga AS.

“Dolar menghadapi volatilitas besar minggu lalu di tengah beragamnya data ekonomi AS yang menimbulkan pertanyaan tentang kapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga tahun ini. Namun, inflasi diperkirakan akan tetap stabil, meskipun perekonomian AS tampaknya melambat dalam beberapa bulan terakhir, tulis Ibrahim dalam penelitiannya. , Senin (13/5/2024).

Inflasi indeks harga konsumen lebih tinggi dari perkiraan pada bulan April karena langkah stimulus berkelanjutan yang dilakukan Beijing membantu meningkatkan permintaan. Namun, inflasi indeks harga produsen turun selama 19 bulan berturut-turut karena aktivitas bisnis Tiongkok melambat. Data inflasi menunjukkan bahwa Beijing masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Para pedagang juga mewaspadai Tiongkok setelah pemerintahan Biden pekan lalu mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap negara tersebut, khususnya di sektor kendaraan listrik Tiongkok. Langkah ini dapat memicu kembali perang dagang antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Selain itu, Bank Sentral Eropa berkomitmen untuk menurunkan suku bunga pada tanggal 6 Juni, namun terdapat ketidakpastian mengenai berapa banyak lagi penurunan suku bunga yang akan disetujui bank sentral tersebut pada tahun ini. Pasar saat ini bullish pada kenaikan suku bunga sebesar 70 basis poin tahun ini.

Dari sisi sentimen dalam negeri, pemerintah mewaspadai ancaman ketidakpastian perekonomian global. Diantaranya, geopolitik Rusia dan Ukraina yang tak kunjung usai, meningkatnya konflik di Timur Tengah yang berarti ketegangan antara Israel dan Palestina masih terus berlangsung, serta serangan Iran terhadap Israel. Selain itu, pertumbuhan ekonomi di Eropa yang masih rendah dan menjelang pemilu, kebangkitan gerakan teroris di Eropa menjadi hal yang sangat memprihatinkan. Ia menyatakan kekhawatirannya hal ini dapat berdampak pada perekonomian dalam negeri.

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tangguh. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2024 yang naik 5,11% dibandingkan 5,04% pada triwulan IV tahun 2023, didukung oleh laju Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2024 dan tahun 2024. Pemilihan umum pada akhirnya mendongkrak konsumsi dalam negeri.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat tercermin dari PMI manufaktur Indonesia yang mencapai 52,9 pada April 2024. Dengan menambah jumlah tenaga kerja baru, maka juga mengurangi tingkat pengangguran. Pada Februari 2024, jumlah penduduk bekerja mencapai 142,18 juta jiwa, atau meningkat 3,5 juta jiwa dibandingkan Februari 2023 sebanyak 138,63 juta jiwa.

Sementara itu, jumlah pengangguran di Tanah Air kini mencapai 7,2 juta orang, berkurang sekitar 800 ribu orang dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 7,99 juta orang. Persentase pekerja rumah tangga formal juga meningkat menjadi 40,83%. Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 0,95% dari tahun sebelumnya yang berada pada kisaran 39,88%.

Berdasarkan data di atas, rupiah diperkirakan masih bergejolak pada perdagangan selanjutnya, namun kembali terpuruk pada kisaran Rp15.060 – Rp16.130.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *