Samsung Ungkap Pentingnya Data Lokal dalam Pengembangan AI untuk Galaxy S24

JAKARTA – Sejak awal tahun ini, mobile AI atau kecerdasan buatan pada ponsel sedang menjadi tren. Apalagi setelah Samsung menggunakan Galaxy AI di lini produk Galaxy S24.

Jadi yang membuat Galaxy AI unik adalah mendukung 16 bahasa, termasuk bahasa Indonesia terbaru.

Dampaknya sangat besar karena dapat menjalankan fungsi-fungsi seperti terjemahan di perangkat, seperti Live Translate, Interpreter, Note Assist, bahkan Navigation Assistant.

Ternyata mengadopsi AI dalam bahasa Indonesia tidak semudah menerjemahkan.

Junaidillah Fadlil, Ketua Tim AI Samsung R&D Institute Indonesia (SRIN), mengatakan AI yang hebat dimulai dari dua hal: kualitas dan data yang relevan.

“Setiap bahasa memerlukan cara pemrosesan data yang berbeda. “Jadi kami gali lebih dalam untuk memahami kebutuhan bahasa dan keunikan Indonesia,” ujarnya.

Tim SRIN menambahkan dukungan bahasa Indonesia pada Galaxy AI. “Pengembangan bahasa daerah harus didasarkan pada pemahaman dan ilmu pengetahuan, sehingga penambahan bahasa pada Galaxy AI dimulai dengan merencanakan informasi yang dibutuhkan tim kami secara legal dan etis,” jelasnya.

Proses yang rumit

Menjalankan fitur terjemahan langsung di Galaxy AI misalnya, cukup rumit. Ada 3 proses yang terjadi. Yakni Automatic Speech Recognition (ASR), Terjemahan Mesin (Neural Machine Translation/NMT) dan Text-to-Speech (TTS).

“Setiap proses ini memerlukan serangkaian informasi yang unik,” katanya.

Pengenalan ucapan otomatis, misalnya, memerlukan rekaman suara yang mencakup berbagai situasi dalam kondisi berbeda, setiap rekaman disertai dengan transkripsi teks yang akurat.

“Sifat bahasa yang dinamis dan berubah-ubah juga harus diperhitungkan. Kita perlu mengetahui jargon terbaru dan cara menggunakannya. “Kami menemukan banyak hal di media sosial!” tambah Muchlisin Adi Saputra, ketua tim ASR.

Selain data yang diperoleh secara sah dari pihak ketiga, tim ASR harus mendatangi kedai kopi atau lingkungan kerja untuk merekam suaranya sendiri. “Intinya menangkap suara-suara unik dan otentik dari kehidupan sehari-hari, seperti orang menelepon atau mengetik di keyboard,” jelas Muchlisin.

Ternyata dalam perkembangannya Neural Machine Training juga membutuhkan data untuk melatih penerjemahan.

“Menerjemahkan bahasa Indonesia penuh tantangan. Penggunaan makna kontekstual dan implisit yang luas bergantung pada isyarat sosial dan situasional. Data yang digunakan harus banyak mengandung teks terjemahan sebagai acuan AI untuk memahami kata baru, kata asing, kata benda, dan angka. “Semua informasi diperlukan untuk membantu AI memahami konteks dan aturan komunikasi,” tambah Muhammad Faisal, pemimpin tim NMT.

Tim SRIN mengatakan proyek penambahan bahasa Indonesia ke Galaxy AI memiliki arti baru.

“Ini adalah proyek AI pertama kami. Ini bukan yang terakhir, karena kami akan terus menyempurnakan dan meningkatkan kualitas model AI kami,” kata Fadlil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *