krumlovwedding.com, JAKARTA – Pesepakbola Persis Soro Ramadan Sananta pun mengomentari permintaan Timnas Bahrain untuk melakoni laga melawan Indonesia tahun depan pada babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona C Asia. Tanah netral.
Striker Persisula itu menilai sikap Bahrain tidak adil saat berbicara kepada awak media di Stadion Utama Gela Bongkano Jakarta, Selasa (22 Oktober 2024).
“Harusnya tidak adil. Kenapa dia takut datang ke Indonesia? Kami datang ke Bahrain hanya untuk menghadapinya, kenapa dia takut datang ke Indonesia? Seharusnya dia tetap bermain di Indonesia,” kata Sananta.
Asosiasi Sepak Bola Bahrain (BFA) telah mengajukan permintaan agar pertandingan yang sedianya dimainkan di Indonesia pada 25 Maret tahun depan itu dimainkan di tempat netral. BFA mengatakan pihaknya prihatin dengan keselamatan para pemain dan ofisial tim menyusul serangan dunia maya setelah pertandingan leg pertama di Rifa pada 10 Oktober.
Namun, Sananta menyebut permintaan Bahrain hanya sekedar alasan demi kesejahteraan tim berjuluk “Dilmon Warriors”.
“Kalau tidak ada ruginya, kami akan datang jauh-jauh ke mereka dan tidak takut. Mereka terus datang karena takut diserang atau apalah. Saya kira itulah alasannya,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Sananta menyoroti tingginya tingkat fanatisme suporter timnas Indonesia yang ibarat dua sisi mata uang. Pujilah pemain yang melakukannya dengan baik, dan kritiklah pemain yang melakukannya dengan buruk tanpa ragu-ragu.
Pada laga terakhir yang pekan lalu kalah 2-1 dari China, para suporter langsung mengkritik timnas karena performanya yang kurang memuaskan.
Beberapa anggota timnas mendapat kecaman keras, salah satunya Asnavi Mangkvalam. Dalam laga tersebut, Asnavi bermain 85 menit sebagai bek kanan dan kerap melakukan kesalahan demi kesalahan.
Sananta yang juga mendapat kritikan dari fans mengatakan, wajar jika semua pemain di lapangan melakukan kesalahan. Namun, bukan berarti mereka tidak akan memberikan 100% saat mendapat kesempatan bermain.
Karena itulah ia mengatakan agar para suporter tidak langsung menghakimi dan menghina para pemain.
“Orang ini menyampaikan kesalahan saya, dan mungkin semua orang punya pendapat masing-masing. Seperti orang ini, Sananta harusnya seperti ini, seperti ini, seperti ini. Tapi yang kami alami, kami bekerja keras di lapangan dan kami buktikan. Semuanya , “jelasnya adalah striker berusia 21 tahun.
“Kami mencobanya di lapangan dan mungkin orang-orang akan melihat bahwa kami melakukan kesalahan atau semacamnya.” Ya, mungkin dalam sepak bola salah mengoper atau menggiring bola bisa menjadi hal yang normal. Kami tidak bisa selalu berada di sana selama 90 menit. Ada yang tidak beres. “, katanya.