Sastra Masuk Kurikulum Dikritisi, Kemendikbudristek Siap Perbaiki Buku Panduan

JAKARTA – Mata kuliah sastra yang baru dibuka mendapat kritik dan komentar dari berbagai pihak. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyambut baik informasi apa pun dan siap merespons.

Salah satu masukannya adalah terkait petunjuk penggunaan panduan literatur. Beberapa pihak menilai banyak karya yang menyebarkan nilai-nilai tidak pantas, seperti narasi seksual dan kekerasan fisik.

Kepala Badan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Penilaian (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo pun memberikan jawabannya.

Baca Juga: Dikritik Karena Konten Sensitif, Kemendikbud Tegaskan: Buku Pegangan Sastra Tidak Wajib

Nino, sapaan akrabnya, mengatakan, soal isi beberapa karya yang diusulkan tim kurator yang dipertanyakan, sebaiknya dibaca dalam konteks keseluruhan karya. Ia juga menilai tim kuratorial sudah mempertimbangkannya secara matang saat mengusulkan topik tersebut.

Sekali lagi ditekankan, dalam lingkup yang lebih luas, proyek ini bertujuan untuk memperkenalkan sastra Indonesia kepada siswa dan guru untuk mengembangkan pendidikan literasi dan karakter.

Jika dimanfaatkan dalam pembelajaran dengan baik, sastra tidak hanya dapat menumbuhkan minat membaca, tetapi juga kemampuan intelektualitas, kasih sayang, dan nilai-nilai kemanusiaan.

Baca Juga: Diragukan Konten Sensitif, Kemendikbud Olah Raga Kaji Buku Sastra untuk SMP

“Untuk mencapai tujuan itu, kami membentuk tim kurator yang terdiri atas sastrawan, ulama, dan guru agar karya sastra yang ada dalam kurikulum dapat diterima siswa,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (31/5/2021). 2019). 2014). 2024).

Dikatakannya, karya sastra memberikan nilai-nilai kebaikan dibandingkan karya lainnya. Ia berharap karya sastra dapat membantu guru menemukan pemikiran dan pemahaman siswa.

“Jika tidak ada karya sastra, sulit bagi guru untuk membawa siswa ke dalam lingkaran pikiran dan perasaan. “Namun hal ini tidak boleh diajarkan oleh guru karena kita juga tahu bahwa kemampuan guru itu beragam,” ujarnya.

Anindito melanjutkan, pihaknya akan terus membuka pintu ke seluruh Tanah Air. Kritik dan saran dapat disampaikan melalui laman Buku.kemdikbud.go.id. Dia berjanji bahwa semua informasi akan membantu proyek ini untuk terus meningkat dan efektif.

“Saya kira kita semua sepakat bahwa karya sastra dapat dijadikan bahan ajar yang penting dan sebaiknya dipelajari oleh lebih banyak siswa,” ujarnya. Ia berharap alat tersebut dapat mendorong dan membantu guru memilih literatur yang tepat untuk menarik minat membaca siswa dan mengembangkan literasi.

Salah satu penulis dan kurator program sastra dalam kurikulum, Okky Madasari menjelaskan, diperlukan pengetahuan yang mendalam untuk memahami karya sastra. Oleh karena itu, pengajaran sastra diharapkan dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis.

Okky menjelaskan, dalam proses kurasi, pihaknya meninggalkan syarat program penguatan informasi Pancasila mahasiswa (P5). Dikatakannya, dalam proses ini ketua melihat nilai-nilai yang dapat dipetik dari kegiatan mengajar melalui buku teks pengajaran dan sastra.

“Sastra merupakan ruang penafsiran dan peran guru menjadi sorotan bagi siswa. “Dengan demikian, hal ini akan meningkatkan pemikiran kritis dan kami yakin hal ini sejalan dengan tujuan kursus itu sendiri,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *